Suhu Udara Semakin Panas, Pembangunan di Bojonegoro Dinilai Belum Ramah Lingkungan

oleh -652 Dilihat
WhatsApp Image 2024 10 14 at 13.43.02
Proyek pembangunan trotar di Kota Bojonegoro. (Foto: Shohibul Umam)

KabarBaik.co – Isu pembangunan lingkungan dan adaptasi perubahan iklim santer dibicarakan di Bojonegoro. Sebab, Bojonegoro kerap mengalami kekeringan dengan suhu yang cukup tinggi. BMKG menyebut bahwa Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah terpanas di Jawa Timur.

Pantauan alat pengukur suhu di smartphone pada Sabtu lalu (12/10), suhu udara Bojonegoro tembus 39 derajat celsius dengan kelembaban 30 persen. Bahkan, terdapat kecamatan yang tembus 40 derajat, khususnya pada siang hari sekitar pukul 11.00-15.00 WIB.

Ahmad Dhofir, salah seorang warga menyebut panasnya Bojonegoro memang soal alam. Dia berharap ada langkah-langkah penghijauan masif di Bojonegoro untuk mengurangi suhu panas yang teramat ekstrim.

“Program penghijauan masif justru tidak ada. Yang ada malah program pangkas pohon besar secara masif. Ini tentu kurang tepat,” tegas Dhofir, Senin (13/10).

Ketua DPC Partai Demokrat Bojonegoro, Sukur Priyanto mengatakan, pembangunan kota bukan waktunya lagi berporos pada pembangunan fisik. Pembangunan lingkungan sebagai dampak perubahan iklim juga harus diperhatikan karena berhubungan dengan sumber daya alam (SDA).

“Seperti kita ketahui bersama, sebagai penghasil migas, Bojonegoro termasuk daerah yang mengalami peningkatan suhu cukup signifikan,” ujar Sukur. Dia menjelaskan, pembangunan lingkungan berbasis kenyamanan dan kesejukan memang harus diprioritaskan.

Sukur mengatakan, konsep pembangunan semacam ini yang alpa dari Pemerintahan Bojonegoro sebelumnya. Karena itu, paradigma pembangunan harus diubah.

Menurutnya, Bojonegoro setiap tahun menerima bagi hasil minyak sebesar Rp 2-3 triliun. Namun, dengan jumlah yang besar itu tidak berbanding lurus dengan suasana hidup di Bojonegoro yang tidak nyaman, panas, dan berdebu.

”Ini karena selama ini pembangunan hanya berfokus pada fisik. Padahal harusnya mempertimbangkan lingkungan dan kenyamanan,” papar Sukur.

Senada dengan itu, cabup Bojonegoro, Setyo Wahono dalam program unggulannya mencanangkan pelestarian dan perlindungan sumber-sumber mata air. Perihal yang dianggap sederhana ini memiliki dampak besar bagi proses minimalisasi suhu panas yang ada di Bojonegoro.

Menurut Wahono, peningkatan ruang terbuka hijau harus dibarengi dengan perlindungan sunber mata air. Karena itu, dia menyiapkan program pengelolaan sampah berbasis komunitas sebagai antisipasi perubahan iklim ekstrim.

“Pengelolaan sampah yang diberi insentif tentu dampaknya berbeda jika dibanding yang sukarela,” tegas adik Mensesneg Pratikno itu.

Selain penghijauan secara masif, perlindungan sumber mata air dan pengelolaan sampah komunitas berbasis insentif kerja, Wahono juga mencanangkan program pengembangan ekonomi rendah emisi.

Dengan suhu yang cukup panas, lanjut Wahono, Bojonegoro ke depan sudah harus menyiapkan konsep ekonomi rendah emisi. Hal ini dinilai penting karena pembangunan dan peningkatan ekonomi yang tak mempertimbangkan kondisi lingkungan bakal menambah permasalahan baru.

Sementara itu, Teguh Harianto yang juga merupakan calon bupati lainnya belum menjawab pertanyaan saat dikonfirmasi terkait cara menanggulangi panas di Kabupaten Bojonegoro. Khususnya saat musim kemarau seperti saat ini. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Shohibul Umam
Editor: Hairul Faisal


No More Posts Available.

No more pages to load.