KabarBaik.co – Geliat ekonomi Jawa Timur (Jatim) yang terus menunjukkan tren positif memberi dampak langsung pada meningkatnya intensitas penyelenggaraan pameran dan event, khususnya di Surabaya. Namun di tengah pertumbuhan itu, industri pameran justru menghadapi satu tantangan besar: keterbatasan venue berstandar internasional.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) Jawa Timur, Yusuf Karim Ungsi, mengungkapkan bahwa kebutuhan gedung pameran modern di Surabaya kini sudah mendesak. “Sejak 10 tahun terakhir, Grand City menjadi salah satu venue terbesar di Surabaya, dengan kapasitas total sekitar 12.000 orang. Namun angka itu masih jauh dari kebutuhan industri saat ini,” ujarnya di Surabaya, Minggu (12/10)
Untuk perbandingan, Jakarta memiliki pusat pameran yang mampu menampung hingga 100.000 meter persegi area event. Surabaya, sebagai pusat ekonomi terbesar kedua di Indonesia, baru memiliki venue terbesar dengan luas sekitar 8.000 meter persegi — selisih yang sangat signifikan.
Menurut Yusuf, ruang pameran berskala global bukan hanya kebutuhan teknis, melainkan bagian dari strategi besar menjadikan Jawa Timur sebagai episentrum ekonomi, bisnis, dan investasi kawasan timur Indonesia. “Raw material dari industri event adalah venue. Tanpa gedung representatif, potensi besar ini tidak akan maksimal,” tegasnya.
Yusuf menjelaskan, keberadaan venue kelas dunia harus dibarengi dengan infrastruktur pendukung seperti akses transportasi, kedekatan dengan bandara dan pelabuhan, hingga ketersediaan hotel. “Akses, stabilitas, dan amenitas adalah kunci. Jika ini dibangun dengan benar, event internasional akan otomatis datang,” katanya.
Menanggapi hal ini, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menunjukkan dukungan penuh. Saat membuka Pekan Raya Jawa Timur (PRJ) Surabaya, ia menegaskan bahwa pemerintah provinsi siap memberikan kemudahan investasi, termasuk pemberian “karpet merah” bagi pengembang yang siap membangun pusat pameran berstandar internasional.
Salah satu lokasi yang dipertimbangkan adalah lahan 50 hektare milik Pemprov Jatim di kawasan Puspa Agro. Luasan ini bahkan lebih besar dari Kemayoran, Jakarta, yang selama ini dikenal sebagai pusat event nasional. “Lahan ini sangat potensial untuk menjadi pusat pameran dan kegiatan ekonomi berskala internasional,” kata Khofifah.
Yusuf memberi contoh kondisi lapangan yang terjadi saat ini. Event otomotif GIAS yang berlangsung di Grand City sudah tidak mampu lagi menampung seluruh peserta. “Ada dua hingga tiga brand besar yang harus kami tolak karena keterbatasan ruang,” ungkapnya.
Khofifah menilai, konsep PRJ Surabaya yang sedang berjalan bisa menjadi cikal bakal hadirnya pusat pameran raksasa di Jawa Timur, layaknya Pekan Raya Jakarta yang menjadi ikon ekonomi ibu kota. Dengan dukungan infrastruktur, Jawa Timur disebut siap menjadi Gerbang Baru Nusantara, sesuai tagline pemerintah provinsi.
Apalagi, dari 32 jalur tol nasional, sebanyak 21 langsung terhubung ke Pelabuhan Tanjung Perak. Konektivitas ini memperkuat peran Jawa Timur sebagai simpul logistik dan perdagangan nasional yang menghubungkan barat dan timur Indonesia. “Kalau infrastruktur sudah siap, dan venue kelas dunia hadir di Surabaya, industri pameran bukan hanya soal event. Ini akan menjadi mesin ekonomi baru Jawa Timur,” tutup Yusuf dengan optimistis. (*)