KabarBaik.co – Di sebuah sudut Kota Surabaya, berdiri bangunan tua yang sunyi, tetapi sarat akan cerita masa lalu. Penjara Kalisosok, yang dibangun pada awal abad ke-19, adalah saksi bisu dari berbagai peristiwa sejarah yang membentuk wajah kota ini. Lebih dari sekadar penjara, tempat ini menyimpan cerita perjuangan, sistem hukum kolonial, dan kehidupan di masa Hindia Belanda.
Menurut pemerhati sejarah Surabaya, Nur Setiawan, Penjara Kalisosok sebenarnya telah ada sejak tahun 1700-an. Kala itu, Surabaya masih berstatus sebagai kota benteng, sehingga penjara ini hanya berupa bangunan kecil yang digunakan untuk menahan pelaku kriminal.
Namun, memasuki abad ke-19, kebutuhan akan fasilitas penjara yang lebih besar dan modern menjadi mendesak. Pemerintah Hindia Belanda pun memutuskan untuk membangun ulang Penjara Kalisosok dengan desain yang lebih kokoh dan kapasitas yang lebih besar.
“Penjara Kalisosok dicatat dalam sejarah dibangun pada awal tahun 1800-an. Namun sebelumnya, tahun 1700 sudah ada penjara Kalisosok, tetapi masih kecil karena sifatnya kota benteng Surabaya,” ungkapnya.
Seiring berkembangnya Surabaya menjadi kota dagang dan industri, penjara ini diperluas dan diperkuat untuk menampung jumlah tahanan yang terus meningkat.
Pada masa itu, Surabaya telah menjadi pusat pemerintahan di Jawa Timur. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, tindak kriminal pun meningkat, baik yang dilakukan oleh warga Eropa maupun warga Indonesia.
Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan undang-undang khusus untuk membangun fasilitas penjara, termasuk Kalisosok, sebagai tempat menahan para pelaku kejahatan setelah menjalani proses peradilan.
Bangunan Penjara Kalisosok dirancang dengan arsitektur kolonial yang kuat. Dindingnya yang tebal dan jeruji besi yang kokoh sebagai fungsi utamanya untuk pengurungan.
Selain itu, penjara ini juga memiliki sistem pengawasan yang ketat. Dalam catatan sejarah, penjara ini menjadi tempat penahanan bagi pelaku kriminal umum, tahanan politik, hingga tokoh-tokoh pergerakan nasional.
Bung Karno, salah satu Proklamator Kemerdekaan Indonesia, pernah ditahan di Penjara Kalisosok pada masa perjuangannya. Ia dijebloskan ke dalam penjara ini karena aktivitas politiknya yang dianggap mengancam kekuasaan kolonial Belanda.
Selama berada di Kalisosok, Bung Karno tetap aktif menulis dan berpikir, meskipun dalam keterbatasan. Penjara ini menjadi saksi dari semangat juang seorang pemimpin bangsa yang tidak pernah padam.
Tidak hanya Bung Karno, banyak aktivis pergerakan nasional lainnya yang mendekam di Kalisosok. Mereka adalah orang-orang yang berani melawan ketidakadilan kolonial meskipun harus menghadapi ancaman penjara. Kalisosok menjadi simbol perlawanan, tempat di mana semangat kemerdekaan terus menyala di tengah keterbatasan fisik.
Selain Kalisosok, Surabaya juga memiliki Penjara Koblen yang dibangun pada awal abad ke-20. Penjara Koblen ini dikhususkan untuk tahanan militer.
“Militer juga mengalami atau melanggar tindakan-tindakan kode etik militer, undang-undang yang ditentukan. Otomatis mereka harus diadili dan ditempatkan di penjara Koblen militer,” jelas.
Meski berbeda fungsi, kedua penjara ini memberikan sedikit gambaran bagaimana sistem hukum era kolonial, khususnya di Surabaya.
Penjara Kalisosok terus berfungsi hingga era kemerdekaan Indonesia, meskipun perannya mulai tergeser oleh fasilitas penjara yang lebih modern. Kini, bangunan kokoh ini menjadi saksi bisu dari masa lalu yang penuh dinamika. Sayangnya, penjara yang dulu menjadi simbol peradilan dan perjuangan ini tidak lagi digunakan dan dibiarkan mangkrak.
Nur Setiawan mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi Penjara Kalisosok saat ini. “Harapannya bisa menjadi tempat wisata, galeri, sentra kuliner, dan supaya bisa dimanfaatkan daripada mangkrak atau dibiarkan dan akhirnya rusak. Karena di penjara Kalisosok banyak tokoh-tokoh yang dipenjara di situ,” ujarnya.
Beberapa upaya pelestarian sempat diwacanakan, termasuk menjadikan Kalisosok sebagai museum sejarah. Dengan cerita-cerita yang terukir di dindingnya, penjara ini memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata edukatif yang menginspirasi. Sayangnya, hingga kini, belum ada langkah konkret untuk mewujudkan hal tersebut.
Penjara Kalisosok adalah bagian penting dari perjalanan sejarah Surabaya. Di balik tembok-tembok tuanya, tersimpan kisah perjuangan, pengorbanan, dan harapan. Bangunan ini bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi juga cerminan dari semangat juang yang harus terus dikenang dan dilestarikan.
Kini, nasib bangunan penjara tua ini bergantung pada kesadaran kita untuk merawat warisan sejarah agar tidak hilang ditelan waktu. (*)