KabarBaik.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan menerapkan sanksi sosial bagi anak-anak yang tertangkap melakukan aksi perang sarung selama bulan Ramadan 2025.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan bahwa pihaknya akan memberikan hukuman berupa membantu merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) serta mengunjungi tempat pemakaman umum (TPU) sebagai bentuk refleksi diri.
Keputusan ini diambil setelah patroli gabungan yang melibatkan Satpol PP, TNI, dan Polri belum sepenuhnya mampu menghentikan aksi perang sarung di kalangan anak-anak. Meski telah dilakukan razia malam hari, masih ada kelompok anak-anak yang nekat melakukan aksi tersebut dengan mengatur waktu agar tidak tertangkap.
“Sanksinya (pelaku aksi perang sarung) nanti dibawa ke Liponsos, memandikan ODGJ, suruh bersihkan kamarnya,” kata Eri ketika berada di Balai Kota Surabaya. Selain itu, ia menambahkan bahwa para pelaku juga akan diajak ke pemakaman untuk menyadarkan mereka akan dampak perbuatan mereka.
“Sanksi dibawa ke kuburan, melihat kuburan, untuk menyadarkan mereka. Misalnya, bagaimana kalau orangtua mereka meninggal nanti siapa yang akan merawat mereka,” katanya.
Menurutnya, hal ini akan memberikan efek jera sekaligus pelajaran berharga bagi anak-anak yang terlibat dalam perang sarung.
Eri menegaskan bahwa tujuan utama dari sanksi ini bukanlah untuk menghukum secara keras, melainkan untuk menyadarkan anak-anak agar tidak mengulangi perbuatannya.
“Kalau anak ini dimarahi malah tidak jadi apa-apa. Kita tetap disiplin, tapi hukumnya juga untuk menyadarkan, bukan hukuman untuk semakin merusak mereka dan menjadi dendam,” ujarnya.
Selain menindak para pelaku, Pemkot Surabaya juga mengimbau para orangtua agar lebih memperhatikan aktivitas anak-anak mereka, terutama selama waktu sahur. Eri berharap agar orangtua dapat berperan aktif dalam mengawasi dan memberikan edukasi kepada anak-anaknya sehingga mereka tidak terlibat dalam tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
“Saya harapkan partisipasi masyarakat. Kalau masyarakat tidak ada partisipasinya, jangan harap kota itu berkembang dan bahagia. Kalau hanya mengandalkan TNI, Polri, dan pemerintah, tidak bisa,” ucapnya.
Eri menegaskan bahwa peran aktif masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif, terutama selama bulan suci Ramadan. (*)