Tak Sabar Menanti Bang Jay: Antara Nyali, Bersih-Bersih, dan Berprestasi

Editor: Hardy
oleh -217 Dilihat

OLEH: M. SHOLAHUDDIN*)

SAYA juga sama dengan Anda. Sudah tidak sabar menanti hari Kamis depan ini. 6 Juni. Bukan karena ada undangan kondangan. Tapi, Anda sudah tahu. Juga menunggunya. Ya, kickoff lanjutan babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2026. Leg kedua timnas Indonesia melawan Irak. Di Stadion Gelora Bung Karno (GBK).

Soal line up, strategi, dan lainnya, Anda lebih tahu. Yang pasti, bakal seru! Jakarta pasti riuh, walaupun untuk menonton langsung tiketnya jutaan dan ratusan ribu rupiah. Apalagi, kalau tim Garuda menang melawan Irak itu. Mungkin aparat keamanan mesti bersiap-siap. Paling tidak, mengurai potensi kepadatan. Berkonvoi ria.

Seru karena skuad Indonesia kali ini terbilang The Dream Team. Rata-rata memiliki skill top-markotop. Anda pasti lebih paham. Mulai dari barisan belakang sampai depan. Saya sendiri secara khusus ingin melihat bagaimana Jay Idzes alias Bang Jay. Pemain naturalisasi yang kini merumput di Serie B Italia itu mempesonakan. Paling tidak di mata saya. Cuma penggemar bola kelas tribun. Bukan seperti Bung Towel.

Seru karena melawan Irak. Di leg pertama lalu, timnas Indonesia dicukur 1-5. Saat bertandang ke negeri Saddam Hussein itu, skuad timnas belum paket komplet seperti sekarang. Seperti sudah diumumkan Shin Tae-yong beberapa waktu lalu. Tentu timnas Indonesia pasti terlecut. Tidak ingin dipecundangi lagi. Terlebih di kandang sendiri. Bersyukurnya, mungkin saja Irak tidak terlalu ‘’ngoyo-woro’’ seperti di leg pertama. Toh, sudah pasti lolos. Ngarep. Ha… ha..

Baca juga:  Nyala Bang Jay, Troussier Mungkin Bakal Terusir

Seru karena kalau menang bukan hanya mengguris sejarah baru. Membuka kans, menembus pesta sepak bola besar sejagad. Peringkat FIFA pun terkerek. Jika sekarang di peringkat 134, tinggal beberapa langkah lagi menapaki 100 top dunia. Ditambah, menang melawan Filipina sepekan kemudian. Logikanya, kalau melawan Irak saja menang, apalagi—maaf—melawan negara tetangga itu. Diakui atau tidak, rasanya Anda juga tidak dissenting opinion dengan pendapat saya.

Cuaca persepakbolaan juga sedang baik. Tidak sedang berkalung mendung. Laga Piala Asia U-23 lalu, membuat kabut tersingkap. Bagaimana serunya Witan Sulaeman dkk di event itu. Tampil begitu memukau. Bukan hanya membuat kita berbangga. Masyarakat bola Asia Tenggara dan Asia pun ikut dibuat tergagap. Tidak percaya bahwa timnas Indonesia sudah bukan lagi kelas Pentium.

Soal pemain naturalisasi, tidak begitu penting dipolemikkan. Menghabiskan kolom komentar. Mau rasa Belanda, Uzbekistan, atau rasa Nano-nano, yang penting kita Indonesia dan menangan. Titik. Sesederhana itu. Di sinilah kecerdasan Erick Thohir. Seperti pepatah, setiap orang ada zamannya, setiap zaman ada orangnya. Nah, sekarang zamannya Pak Menteri BUMN. Dia piawai meramu. Menjadi koki tepat di saat tepat. Di tengah masyarakat bola yang tengah lapar capaian prestasi. Tontonan keseruan di tengah seliweran isu Tapera, UKT mencekik, RUU Penyiaran dan lainnya.

Baca juga:  Mantap, Shin Tae-yong Tak Terbebani Target Lawan Tim Tangguh

Ada sosok lagi yang menurut saya hebat. Pelapis barisan. Yakni, Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Sumardji. Saya mengenal nama beliau sejak bekerja di Dinas Pendapatan (Dispenda) Pemprov Jatim hingga pernah menjadi Kapolresta Sidoarjo.  Ulung dan ulet.

Anda sudah tahu. Soal naturalisasi bukan barang baru. Pun di banyak negara. Pemain timnas sepak bola Indonesia sudah melakukan naturalisasi sejak lama. Tepatnya sejak era PSSI di bawah Nurdin Halid pada 2007. Pemain pertama yang dinaturalisasi Johnny van Beukering. Sejak itu, beberapa pemain lain menyusul. Ada Sergio van Dijk, Victor Igbonefo, Beto Goncalves, Esteban Vizcarra, dan Marc Klok.

Sayangnya, upaya naturalisasi di era awal itu tidak terlalu sukses. Tentu ada banyak faktor. Mulai usia pemain, waktu adaptasi, pelatih hingga persoalan teknis lainnya. Nah, baru di era Shin Tae-yong dan Ketua Umum PSSI Erick Thoir, naturalisasi menunjukkan wajahnya. Makin greget. Inilah mungkin tiba masanya. Lihatlah, deretan nama Sandy Walsh, Elkan Baggott, Jordi Amat, Shayne Pattynama, Ivar Jenner, Rafael Struick, Justin Hubner, Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, Thom Haye, Ragnar Oratmangoen, dan Maarten Paes.

Dulu, Anda pasti ingat, di timnas juga sempat ada nama Irfan Bachdim. Dia memang bukan naturalisasi. Pemain berdarah Belanda dan lahir di Belanda. Namun, dia memiliki kewarganegaraan Indonesia sejak kecil. Ayahnya, orang Indonesia. Sehingga tidak perlu ada prosesi naturalisasi.

Baca juga:  Yordania U-23 1-4 Indonesia U-23: Ketum PSSI Apresiasi Lolosnya Garuda Muda ke Perempat Final

Saat Irfan membela timnas pada 2010 silam, sambutannya luar biasa. Jersey, celana pendek, topi, syal, hingga jaket timnas Indonesia laris manis seperti kacang goreng. Baik yang merah atau hijau. Penjual bermunculan di mana-mana. Di pinggir-pinggir jalan. Pre-order di toko online sebelum muncul banyak lapak digital, panen besar. Sayangnya, approximity dan magnitude Irfan tidak cukup lama.

Kini, kita berharap dengan bertaburnya bintang timnas Indonesia itu approximity dan magnitude lebih lama. Eh, jangan-jangan setelah Erick Thohir tidak lagi menjadi menteri BUMN di pelantikan Presiden-Wapres RI baru nanti, timnas bakal menjadi loyo? Namun, saya meyakini tidak. Anda lebih tahu rekam jejaknya.  Erick memang bukan pemain sepak bola. Tapi, kecintaannya terhadap bola rasanya 24 karat.

‘’Saya sudah berulang-ulang (untuk menata sepak bola Indonesia, Red) ini perlu nyali, untuk kembali, bersih-bersih. Kita harus ciptakan sepak bola yang bersih dan berprestasi,” ungkap Erick kepada awak media dalam sebuah acara di Jakarta awal Februari 2023. Dari pernyataan Erick ini, ada tiga kata kunci penting: Nyali, bersih-bersih, dan berprestasi. Sepintas mudah.  Tapi, beratnya, seberat mengangkat Jabal Uhud. Kita pun menanti buah dari nyali dan bersih-bersih. Semoga!

*) M. SHOLAHUDDIN, penggemar sepak bola Indonesia tinggal di Kampung Suci, Gresik.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.