Tekad Shinta Anak Petani-Mahasiswi ITSKes ICME Jombang yang Buktikan Mimpi Tak Kenal Batas

oleh -75 Dilihat
WhatsApp Image 2025 11 01 at 9.07.34 AM
Shinta Dwi Nur Andani

KabarBaik.co – Hidup sederhana di desa kecil tak menghentikan langkah Shinta Dwi Nur Andani, gadis asal Desa Ngumpul, Bagor, Nganjuk, untuk mewujudkan mimpinya menjadi tenaga kesehatan. Anak petani brambang ini membuktikan bahwa tekad dan kerja keras bisa mengalahkan keterbatasan.

Shinta lahir di Nganjuk, 31 Desember 2003, dari pasangan Mujianto dan Indah Sukarmi. Sang ayah bekerja sebagai petani sekaligus memungut sampah plastik dari rongsokan.

Ibunya kerap membantu tetangga sebagai buruh tanam brambang. Dari keluarga sederhana itulah Shinta tumbuh bukan dengan kemewahan, tapi dengan tekad mengubah nasib.

“Sejak kecil saya nggak pernah kepikiran kuliah. Setelah lulus sekolah malah kerja di pabrik sepatu,” kenang Shinta.

Namun, satu kalimat dari sang ibu mengubah hidup gadis 21 tahun tersebut.

“Daripada kuliah tahun depan, mending kuliah sekarang. Tahun depan belum tentu ada niat. Uang bisa dicari,” ucap ibu Shinta saat itu.

Kata-kata sederhana itu menjadi titik balik. Shinta pun memberanikan diri mendaftar di ITSKes ICME Jombang, mengambil jurusan D3 Keperawatan jurusan yang dulu juga diimpikan ibunya.

Masuk kuliah ternyata bukan akhir perjuangan, tapi awal perjalanan panjang. Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan membuat Shinta sering terlambat membayar biaya kuliah.

“Akhirnya saya mutusin harus kerja,” ujar Shinta kepada KabarBaik.co, Sabtu (11/1).

Setiap masa libur kuliah, Shinta memilih bekerja ketimbang pulang ke rumah. Ia pernah jadi host live di tiga tempat berbeda, hingga kini bekerja sebagai barista di Hyphen Coffee.

“Di Hyphen Coffee, saya banyak ketemu orang tulus yang bantu tanpa pamrih,” katanya haru.

Rutinitasnya padat. Kadang ia harus praktik di rumah sakit dengan shift malam, pulang pukul 07.30 pagi, lalu lanjut bekerja pukul 10.00 tanpa tidur.

“Tujuan saya kuliah, jadi kerja tetap sampingan tapi harus tanggung jawab,” tegasnya.

Bagi Shinta, lingkungan dan mental jadi kunci utama untuk bertahan.

“Cari lingkungan yang bikin berkembang. Lingkungan keras tapi membangun lebih baik daripada nyaman tapi stagnan,” ujar Shinta.

Ia percaya hinaan dan tekanan bisa jadi bahan bakar untuk tumbuh.

“Kerja itu capek. Kalau nggak punya tujuan, pasti nyerah. Kita harus milih, mau capek sekarang atau lima tahun lagi,” katanya.

Baginya, bertahan bukan tanda lemah, melainkan proses untuk belajar dan jadi lebih kuat.

Kini Shinta hampir menuntaskan kuliah dan aktif di Korps Sukarelawan PMI Kabupaten Jombang, bahkan pernah meraih prestasi Terbaik 1 Diklat Relawan PMI 2022. Semua pengalaman itu makin menempanya menjadi calon tenaga kesehatan yang bukan hanya berilmu, tapi juga berhati tulus.

Dari ladang brambang di Ngumpul, seorang anak petani kini sedang menjemput masa depan. Ia berjuang bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk membanggakan kedua orang tuanya yang selama ini berpeluh demi pendidikannya.

Dan seperti pesan ibunya yang selalu ia ingat. “Uang bisa dicari, tapi tekad harus dijaga.” (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Teguh Setiawan
Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.