Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Waspadai Wasit Asal Kuwait Bisa Jadi Pemain Ke-12

oleh -197 Dilihat
AHMAD AL ALI
Ahmad Al Ali, wasit asal Kuwait yang akan memimpin laga krusial Timnas Indonesia vs Arab Saudi pada 9 Oktober nanti. (foto IG)

KabarBaik.co- Ketika malam Jeddah menyelimuti King Abdullah Sports City pada 9 Oktober 2025 dini hari nanti, Timnas Indonesia akan menghadapi misi yang bisa dibilang now and never.  Sekarang atau tidak sama sekali. Tak sekadar soal performa di lapangan, pertandingan melawan Arab Saudi itu tampaknya juga dirundung perdebatan tentang integritas, pilihan wasit, dan beban ekspektasi.

Patrick Kluivert tak lagi menjadi pelatih baru, sejak 8 Januari 2025, PSSI secara resmi menunjuknya menggantikan Shin Tae-yong (STY) dalam kontrak hingga akhir 2027 dengan opsi perpanjangan.

Dalam perjalanan bersama Garuda, Kluivert sempat mendapat tekanan setelah kekalahan telak dari Australia 1–5 di awal tugasnya. Namun, ia kemudian menebus diri dengan kemenangan tipis atas Bahrain dan China di putaran ketiga kualifikasi.

Kini, di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang sangat krusial, Kluivert membawa beban berat. Indonesia tak punya ruang besar untuk kesalahan, jika ingin melanjutkan mimpi menuju Piala Dunia. Karena itu, hasil kontra Arab Saudi sangat menjadi krusial.

Namun, jadwal saja tak cukup. Sorotan tajam juga mengarah ke nama wasit yang ditunjuk, yakni Ahmad Al Ali asal Kuwait. Penunjukan ini mendapat protes keras oleh PSSI, dengan argumen bahwa latar geografis Timur Tengah dan kedekatannya dengan kawasan tersebut bisa memunculkan persepsi bias. Protes itu sudah dilayangkan ke FIFA dan AFC, tapi sampai sekarang belum ada perubahan.

Dunia media bahkan melaporkan bahwa Arab Saudi sendiri sempat memberi sinyal keberatan atas penunjukan Al Ali, walaupun tak jelas apakah penolakan itu sungguh-sungguh atau sekadar langkah diplomasi alias trik.

Bagi Indonesia, nama Al Ali bukan asing. Rekam jejaknya pernah disorot dalam pertandingan melawan Vietnam, ketika beberapa keputusan kontroversial dianggap merusak ritme permainan timnas. Indonesia kalah 4-0. Kini, Indonesia harus lebih siap mental dan tak mudah terpancing emosi terhadap keputusan-keputusan marginal.

Al Ali lahir pada 1984 dan kini berusia sekitar 41 tahun. Situs Transfermarkt juga mencatatnya sebagai wasit Kuwait aktif dengan status internasional. Ia sudah menjadi wasit FIFA sejak 2016.  Dalam kariernya di Asia, Al Ali diberi tugas di Piala Asia, AFC Champions League Elite, serta kualifikasi Piala Dunia.

Catatan media lokal juga menyebut bahwa Al Ali dikenal punya reputasi “royal kartu”, yakni cenderung memberi banyak kartu kuning dalam setiap laga. Dalam kondisi ini, Kluivert dan staf pendamping, termasuk Alex Pastoor, Denny Landzaat, dan Gerald Vanenburg, tertuntut meramu strategi yang tak hanya fokus teknis, melainkan juga disiplin emosional.

Kluivert sendiri menyatakan bahwa dia menikmati tekanan publik, dan justru melihatnya sebagai bagian dari proses. Laga di Jeddah akan menjadi ujian menyeluruh. Apakah Indonesia mampu menjaga ketenangan, mengambil inisiatif, menghindar perang fisik keras di setiap duel, dan memanfaatkan momen ketika Arab Saudi lengah atau dibuat gusar oleh atmosfer sendiri.

Bila Garuda bisa mencetak gol terlebih dahulu, tekanan akan terasa bergeser ke tuan rumah. Tapi kalau Saudi unggul dulu, tekad mental dan disiplin Indonesia akan diuji habis.

Dalam 90 menit itu nanti, bukan hanya kompetensi pemain dan taktik yang dipertaruhkan. Namun, juga bagaimana Indonesia bisa meminimalkan efek luar lapangan, termasuk tekanan wasit, dan tetap menjaga haknya bersaing. Kini, bagi Kluivert dan skuad Garuda, laga melawan Arab Saudi bukan sekadar laga: ini pertaruhan mimpi.

Strategi Pemilihan Hotel

Sementara itu, soal akomodasi. Timnas Indonesia rupanya punya strategi berbeda menjelang laga panas kontra Arab Saudi itu. Skuad Garuda memilih menginap di Hotel Park Hyatt, Jeddah, meski lokasinya tergolong paling jauh dari stadion utama King Abdullah Sports City.

Langkah itu bukan tanpa alasan. Menurut laporan media ternama Arab Saudi, Arriyadiyah, jarak hotel tempat menginap Indonesia mencapai sekitar 40 kilometer dari stadion. Jarak ini terjauh dibanding dua tim lain di grup yang sama, Arab Saudi dan Irak.

Namun, berdasarkan penelusuran Google Maps, jarak sebenarnya bervariasi antara 36,9 kilometer hingga 40,1 kilometer, bergantung rute yang ditempuh. Dengan lalu lintas normal, perjalanan itu memakan waktu sekitar 33–35 menit. Sebagai perbandingan, Timnas Arab Saudi yang bermarkas di Hotel Shangri-La, Jeddah, hanya berjarak sekitar 20 kilometer dari stadion, sementara Timnas Irak yang menginap di Hotel Jeddah Marriott berjarak sekitar 21 kilometer.

Keputusan Indonesia memilih hotel terjauh rupanya sudah direncanakan sejak awal. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memastikan bahwa keputusan ini merupakan bagian dari strategi non-teknis agar tim bisa lebih fokus menghadapi pertandingan penting di Jeddah. “Kami bentuk tim advance dan sudah dikirim sebelumnya. Hotelnya pun kami pilih yang bukan dari panitia. Ini bagian kita menjaga faktor X supaya lebih fokus,” ujar Erick seperti dilansir sejumlah media pada 16 September 2025.

Erick menambahkan, langkah itu diambil berdasarkan pengalaman sebelumnya, ketika Timnas Indonesia dan Timnas U-23 beberapa kali merasakan perlakuan tidak ideal saat bertandang ke negara Timur Tengah. Menurutnya, pemilihan hotel di luar rekomendasi panitia adalah upaya untuk meminimalkan potensi gangguan, baik dari sisi kenyamanan, jadwal latihan, maupun konsentrasi pemain.

Pelatih Patrick Kluivert mendukung penuh langkah tersebut. Sejak awal, pelatih asal Belanda itu menekankan pentingnya menjaga ketenangan tim di tengah tekanan besar dan atmosfer yang memihak tuan rumah. Jarak yang cukup jauh dari keramaian dianggap bisa menciptakan suasana lebih privat, membuat pemain lebih rileks, dan mengurangi gangguan menjelang laga penting melawan Arab Saudi.

Keputusan untuk memilih hotel yang lebih jauh ini sepertinya menunjukkan keseriusan PSSI dan tim pelatih dalam menyiapkan setiap detail non-teknis. Di tengah panasnya suhu Jeddah, tekanan publik, dan sorotan terhadap wasit yang memimpin laga nanti, faktor ketenangan dan fokus bisa menjadi pembeda di lapangan. (*)

 

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.