Tradisi Bangunkan Sahur Terheboh Se-Indonesia Ada di Ujungpangkah

Reporter: Syafak
Editor: Hardy
oleh -2330 Dilihat
Antusiasisme warga di pesisir utara Kecamatan Ujungpangkah, Gresik, melihat tradisi Ritukan untuk membangunkan sahur selama Ramadan.

KabarBaik.co- Masa Ramadan seperti sekarang, datanglah ke Desa Pangkahwetan, Pangkahkulon, Banyuurip, dan desa sekitar, Kecamatan Ujungpangkah. Desa di pesisir utara Kabupaten Gresik, Jatim. Anda bakal mendapatkan suguhan menarik. Tradisi membangunkan warga untuk bersantap sahur. Mungkin terheboh se-Indonesia. Maklum, melibatkan ribuan orang.

Patrol pakai kentongan dari bambu atau perkakas dapur? Itu mungkin dulu. Di sejumlah desa Kecamatan Ujungpangkah, kini sudah tidak lagi. Sudah memakai sound system. Bukan satu sound system, melainkan bertumpuk-tumpuk. Pengeras suara ditempatkan di mobil-mobil pikap. Bersusun-susun. Beserta mesin dieselnya. Tak sedikit kendaraan itu berhias kerlap-kerlip lampu.

Begitu jarum jam menunjukkan pukul 00.00, parade sound itu mulai keluar. Satu persatu. Membelah temaram jalanan. Ratusan warga, sudah berderet di tepian jalan. Bahkan, ada pula yang nangkring di atap-atap rumah, memanjat pohon, berdiri di atas sepeda motor, agar lebih asyik menikmati parade musiman itu. Selama sekitar tiga jam, jalanan beraspal penghubung desa satu dengan desa lain itupun seperti catwalk panjang.

Baca juga:  Bejat! Pria di Cerme Gresik Dua Tahun Cabuli 2 Anak Tirinya

Tradisi itu bakal mencapai puncaknya pada sahur terakhir Ramadan. Warga menyebutnya dengan Ritukan. Tak ada warga yang mengetahui siapa kali pertama menamai itu. Yang jelas, mereka mengenal Ritukan sebagai nama lain patrol. Boleh jadi, Ritukan itu sebagai akronim ritual terakhir posoan.

‘’Selama puasa, sejak dulu sudah ada beberapa kelompok warga melakukan patrol keliling itu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, semakin ramai pada masa pandemi Covid-19 dulu itu,’’ kata Shofi, warga Desa Banyuurip.

Baca juga:  Angka Kemiskinan Ekstrim di Gresik Tembus 37 Ribu

Dia menuturkan, kegiatan itu merupakan swadaya warga setempat. Ada dari RT-RW, kelompok masyarakat, hingga dari kalangan pengusaha sound system itu sendiri. ‘’Mereka berlomba-lomba untuk memberikan hiburan, sambil menunggu sahur,’’ jelasnya.

Ritukan, salah satu khasanah budaya dari Ujungpangkah. Alunan musik keras, kentongan, bedug dan alat tabuh lainnya berpadu. Senandung irama religi hingga koplo membaur. Berbalut penuh keriangan. Memecah sunyi. Sesekali nyala flaire serasa berada di tengah stadion. Nuansa yang seolah-olah sebagai penanda pesan bahwa Ramadan telah datang, Ramadan bakal meninggalkan, kemudian  berlebaran.

Baca juga:  Viral Penghentian Ibadah Umat Kristen di Gresik, Polisi Lakukan Mediasi hingga Damai

Kepala Desa Pangkah Wetan Syaifullah Mahdi juga menyebut, tradisi patrol di wilayahnya itu sudah ada sejak lama. Bahkan, sejak dirinya kecil. Dia mengakui, dalam beberapa tahun terakhir mengalami perubahan. Masyarakat semakin antusias. Kegiatan itu juga bukan merupakan inisiasi desa. Tapi, dari kelompok-kelompok masyarakat sendiri.

‘’Saya sendiri nggak bisa bayangkan dilakukan tengah malam sampai dini hari, yang datang sampai segitu (ratusan bahkan ribuan orang, Red,’’ ungkapnya ketika itu.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.