Tradisi Luhur Jawa: Upacara Tingkeban, Doa dan Harapan untuk Calon Ibu dan Bayi

oleh -1056 Dilihat
tingkeban
Foto tradisi tingkeban dalam tradisi jawa (Pinterest)

KabarBaik.co- Di tengah gempuran modernisasi, adat istiadat Jawa tetap kokoh berdiri, salah satunya adalah upacara Tingkeban atau Mitoni. Tradisi ini sudah tidak asing lagi di telinga sebagian orang Jawa. Tradisi sarat makna ini masih lestari dan kerap dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, khususnya saat seorang ibu hamil memasuki usia kandungan tujuh bulan. Tingkeban bukan sekadar ritual, melainkan sebuah bentuk doa, harapan, dan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia kehamilan.

Upacara Tingkeban berasal dari kata “tingkep” yang berarti tutup. Hal ini merujuk pada “menutup” hubungan suami istri untuk sementara waktu, demi menjaga dan fokus pada kesehatan ibu hamil serta janin hingga persalinan tiba. Ritual ini biasanya dilaksanakan pada hari yang dianggap baik menurut penanggalan Jawa, seperti hari Jumat Kliwon, Selasa Kliwon, atau Rabu Pon.

Rangkaian Sarat Makna

Prosesi Tingkepan sangat kaya akan simbol dan makna. Beberapa ritual penting yang biasanya dilakukan antara lain:

  1. Siraman (Mandi Kembang): Calon ibu dimandikan dengan air kembang tujuh rupa oleh sesepuh atau keluarga terdekat. Ini melambangkan pembersihan diri secara lahir dan batin, serta harapan agar bayi lahir bersih dan suci.
  2. Pecah Kelapa Gading: Dua buah kelapa gading muda yang telah digambar tokoh pewayangan Kamajaya dan Kamaratih atau Arjuna dan Srikandi dipecah oleh calon ayah. Kelapa ini melambangkan harapan agar bayi yang lahir rupawan dan memiliki sifat-sifat baik seperti tokoh pewayangan tersebut.
  3. Memasukkan Telur Ayam Kampung: Telur ayam kampung dimasukkan melalui pakaian calon ibu dari atas ke bawah. Ini simbol harapan agar proses persalinan berjalan lancar dan mudah seperti keluarnya telur dari cangkangnya.
  4. Ganti Pakaian (Brojol Koyo Kacang): Calon ibu berganti kain batik sebanyak tujuh kali dengan motif yang berbeda-beda. Pada setiap penggantian, calon ibu akan ditanya oleh sesepuh “wes pantes durung?” (sudah pantas belum?), hingga akhirnya pada kain ketujuh yang bermotif “brojol”, ia akan dikatakan “pantes”. Motif “brojol” ini bermakna harapan agar bayi lahir dengan lancar.
  5. Dodol Dawet dan Rujak: Setelah upacara inti, biasanya dilanjutkan dengan berjualan dawet dan rujak. Pembeli membayar dengan pecahan genting atau kreweng, bukan uang. Kegiatan ini melambangkan kerukunan, gotong royong, dan harapan agar rezeki melimpah seperti banyaknya pembeli.
  6. Memutus Benang Kendit: Sebuah benang putih yang melingkari perut calon ibu diputus. Ini melambangkan terputusnya segala halangan dan rintangan dalam kehamilan dan persalinan.

Tujuan Upacara Tingkeban

Ritual Tingkeban adalah tradisi yang ditujukan khusus kepada wanita yang sedang hamil, mirip dengan upacara selamatan yang bertujuan untuk mendoakan keselamatan dan kebaikan bagi ibu hamil dan bayi yang dikandungnya, baik selama masa kehamilan maupun setelah lahir nanti. Selain itu, ritual ini ditujukan untuk mempermudah proses kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan anak sampai dewasa. Oleh karena itu, setiap proses Tingkeban memiliki makna simbolis yang baik untuk menolak bala.

Meskipun zaman terus berubah, upacara Tingkepan tetap dipertahankan oleh banyak keluarga Jawa sebagai cara untuk menghormati leluhur, melestarikan budaya, dan yang terpenting, memanjatkan doa terbaik bagi keselamatan ibu dan calon buah hati. Ini adalah wujud nyata dari kearifan lokal yang tidak hanya ritualistik, tetapi juga mengandung nilai-nilai kebersamaan, rasa syukur, dan optimisme menyambut hadirnya anggota keluarga baru. Keberadaannya menjadi pengingat bahwa di balik setiap kehidupan baru, ada harapan dan doa yang tak terhingga.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Lilis Dewi


No More Posts Available.

No more pages to load.