Ya Ampun! IHSG Jeblok Lagi, Ekonom UGM Imbau Masyarakat Tidak Agresif Belanjakan Uang

oleh -442 Dilihat
IHSG
Foto ilustrasi (IST)

KabarBaik.co- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali jeblok. Pada pembukaan perdagangan Senin (24/3), IHSG ditutup merah di level 6.161,22. Angka ini turun 96,96 atau setara 1,55 persen dari posisi 6.242,23. Mengutip data RTI Business, IHSG bahkan sempat mencatatkan titik terendah di angka 5.967,19.

Jika dirinci, sebanyak 134 saham mengalami kenaikan, 168 saham tidak berubah, dan 500 lainnya tersungkur ke zona merah. Volume perdagangan melibatkan 14,56 miliar saham dengan frekuensi perdagangan mencapai 1,07 juta kali transaksi jual-beli. Nilai perdagangan saham Senin (24/3) sore, mencapai Rp 10,63 triliun.

Melihat sektornya, beberapa himpunan bank milik negara (Himbara) terlihat masih hijau. Namun, beberapa lainnya terperosok jatuh seusai pengumuman pengurus Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. PT BNI (Persero) Tbk, misalnya, ditutup merah di level 3.720 per lembar saham atau turun 50 poin (-1,33 persen). Lalu, PT BRI (Persero) Tbk ditutup turun 90 poin atau 2,43 persen menjadi 3.610 per lembar saham.

Alarm Menyala Kuat untuk Indonesia! Buah Gejolak Politik, Turki di Ambang Krisis Ekonomi

Sebagai gambaran sederhana, IHSG adalah gabungan dari semua perusahaan besar yang menjual saham di Indonesia. Ada Bank BCA, Telkom, Astra, Indofood, dan banyak perusahaan lainnya. Harga saham-saham itu naik turun setiap hari. Nah, IHSG ini memberikan gambaran seberapa sehat atau seberapa baik kondisi pasar saham Indonesia secara keseluruhan.

IHSG sering dipantau oleh investor, pemerintah, bahkan masyarakat umum. Sebab, dapat menunjukkan kondisi ekonomi negara, menjadi acuan untuk orang-orang yang mau berinvestasi, dan gambaran umum apakah pasar lagi optimis atau pesimistis. Singkatnya, IHSG itu seperti “rapor” pasar saham. Kalau angkanya naik, berarti pasarnya lagi bagus. Kalau turun, maka sedang kurang bagus.

Menanggapi kondisi pasar investasi tersebut, Ekonom UGM Dr I Wayan Nuka menilai penurunan IHSG bukan sekadar respons terhadap kondisi ekonomi, tetapi juga mencerminkan persepsi investor terhadap stabilitas nasional. “Kalau sebuah indeks jatuh secara ekstrem seperti kemarin, itu sebenarnya adalah cerminan dari apa yang dipersepsikan oleh para investor,” ungkapnya dolansir dari laman UGM, Senin (24/3).

Data menunjukkan bahwa dalam beberapa hari sebelum jatuhnya IHSG, lanjut dia, sudah terjadi lonjakan net sale oleh investor asing. Hal ini menandakan adanya dorongan kuat dari investor untuk segera melepas aset mereka dan mencari peluang yang lebih baik di negara lain. ’’Kalau kita lihat indeks di hari yang sama, hanya Indonesia saja di Asia yang merah, yang lain hijau semua. Dugaan saya ini ada shifting, dana yang keluar dari Indonesia masuk ke negara-negara lain di kawasan tersebut,” jelasnya.

Kepala Program Studi Manajemen FEB UGM ini menegaskan, pelemahan IHSG ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Namun, sebuah akumulasi dari berbagai faktor. Mulai dari kebijakan pemerintah yang kontroversial, terungkapnya kasus korupsi di sejumlah BUMN, hingga ketidakpastian politik yang berkepanjangan. Investor melihat tanda-tanda keadaan negara ini yang mengimplikasikan adanya sesuatu yang tidak baik-baik saja.

“Kita defisit makin melebar, angsuran utang meningkat, dan lembaga rating internasional pun menurunkan peringkat kita. Kalau mereka saja sudah bilang turun, apa yang bisa kita katakan lagi?” tambahnya.

Kepercayaan Pasar

Dalam upaya penyelesaian masalah melemahnya pasar investasi tersebut, Wayan menilai langkah politis-populis seperti kunjungan DPR ke bursa efek Indonesia (BEI) bukanlah solusi konkret. Menurut dia, langkah itu justru tidak tepat sasaran. Dalam kondisi seperti ini, Wayan menyatakan bahwa kepercayaan menjadi faktor utama yang harus segera dipulihkan.

’’Ini kan masalah kepercayaan, satu-satunya cara adalah menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintah punya itikad baik dan memberi sinyal positif,” tegasnya.

Wayan menegaskan, pemulihan kepercayaan itu adalah hal yang sulit. Sebagai negara yang bersaing untuk menarik investor dengan Vietnam, Thailand, Malaysia, dan negara lainnya, Indonesia harus mampu menunjukkan stabilitas ekonomi dan politik. Jika tidak, capital outflow akan terus berlanjut. ’’Kita tidak bisa hanya memburu investor, sementara negara lain justru menunjukkan perbaikan,” ujarnya.

Soal langkah yang dapat dilakukan masyarakat di tengah situasi ini, Wayan menyarankan pendekatan yang lebih berhati-hati dalam investasi. Dia mengimbau agar masyarakat menggunakan mode bertahan dan diharapkan tidak terlalu agresif dalam mengeluarkan uang. Sebaliknya, masyarakat harus menahan, menunggu, dan melihat keadaan ekonomi.

Wayan juga mengingatkan, gelombang pemutusan hubunagn kerja (PHK) semakin meluas sehingga masyarakat perlu lebih waspada dalam mengelola keuangan pribadi. ’’Pertebal dana cadangan, lakukan efisiensi, dan prioritaskan kebutuhan. Seluruh masyarakat harus menyadari bahwa kita sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja” pesannya.

Meski demikian, Wayan tetap mengajak masyarakat untuk menjaga optimisme sembari berharap agar pemerintah mau berbenah diri. ’’Seberapapun gelapnya kondisi negara ini, kita tetap orang Indonesia. Kalau bukan kita sendiri yang optimis, siapa lagi? Namun, kita juga berharap ini bisa menjadi peringatan bagi pemerintah untuk menghindari kebijakan-kebijakan yang antipasar,” pungkasnya. (*)

 

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.