KabarBaik,co- Di balik sembur gas air mata, api dan asap tebal hingga raungan sirene, ada cerita-cerita pilu nan menyayat hati. Seorang pengemudi ojek online (ojol) yang tengah mengantar pesanan, pelajar belasan tahun yang baru naik kelas, pegawai DPRD yang terjebak di gedung terbakar, hingga tukang becak tua yang kesehariannya mencari nafkah di jalanan. Kini, mereka hanya tinggal nama.
Tragedi yang sebagian pihak menyebutnya sebagai aksi “Indonesia Cemas” itu berawal unjuk rasa di gedung DPR RI pada 25 Agustus 2025. Peristiwa ini bukan sekadar soal kerusuhan dan politik, melainkan tentang kehilangan orang-orang biasa yang hidupnya terputus mendadak.
Berikut daftar sepuluh korban meninggal yang dihimpun redaksi dari berbagai sumber dalam kurun 25 Agustus hingga 2 September 2025. Sebagian korban bukan peserta aksi, tapi terjebak atau jadi sasaran anarkistis.
1. Affan Kurniawan (21 tahun, pengemudi ojol Gojek, asal Jakarta)
Lokasi: Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Kronologi: 28 Agustus malam, saat demo buruh, mahasiswa, dan elemen lain di DPR bubar. Affan sedang antar pesanan makanan, terperangkap kemacetan. Saat rantis Brimob (Barracuda) terobos massa, Affan jatuh ambil HP-nya, lalu ditabrak dan dilindas (video viral). Dibawa ke RSCM, tewas pukul 19.50 WIB. Bukan demonstran, tapi “martir demokrasi” menurut BEM SI.
2. Andika Lutfi Falah (16 tahun, siswa kelas 11 SMK Negeri 14 Tangerang, asal Tigaraksa, Banten)
Lokasi: Kawasan DPR/MPR, Jakarta.
Kronologi: 28 Agustus malam, ikut demo solidaritas ojol. Luka berat kepala belakang (benturan benda tumpul) saat bentrok polisi-massa. Dibawa ke RS Dr. Mintoharjo, tak sadar lama, meninggal dunia pada 29 Agustus pagi. Keluarga menuntut dilakukan investigasi.
3. Syaiful Akbar (43 tahun, Kepala Seksi Kesra Kecamatan Ujung Tanah, ASN)
Lokasi: Gedung DPRD Sulsel, Makassar.
Kronologi: 29 Agustus malam, massa membakar gedung DPRD saat demo solidaritas Affan. Syaiful terjebak, lalu lompat dari lantai 4 selamatkan diri. Dibawa ke RS Grestelina, akhirnya meninggal karena luka parah.
4. Muhammad Akbar Basri alias Abay (26 tahun, fotografer Humas DPRD Makassar)
Lokasi: Gedung DPRD Sulsel, Makassar.
Kronologi: 29 Agustus malam, bersembunyi di lantai 3 gedung saat dibakar massa (blokir jalan Trans-Sulawesi). Api membesar, jenazah ditemukan tim SAR dalam kondisi hangus. Diduga berupaya ingin selamatkan rekan, tapi akhirnya tewas terbakar.
5. Sarinawati (25 tahun, staf Fraksi PDIP DPRD Makassar)
Lokasi: Gedung DPRD Sulsel, Makassar.
Kronologi: 29 Agustus malam, sama seperti Abay, bersembunyi lantai 3 saat massa amuk (protes tunjangan DPR dan lain-lain. Jenazah ditemukan tim Damkar pasca pemadaman, korban terbakar.
6. Rusdamdiansyah (21 tahun, pengemudi ojol, asal Makassar)
Lokasi: Jalan Urip Sumohardjo, depan UMI Makassar.
Kronologi: 29 Agustus malam, saat demo ricuh. Massa tuduh korban sebagai “intel polisi”, kemudian dikeroyok. Lalu, korban dibawa ke RSUP OJK Kemenkes RI, akhirnya meninggal karena luka berat. Bukan demonstran, korban tuduhan salah sasaran.
7. Sumari (60 tahun, tukang becak, asal Pacitan, Jatim)
Lokasi: Bundaran Gladak, dekat Pasar Gede, Solo.
Kronologi: 29 Agustus malam, saat bentrok massa-polisi (demonstrasi atau aksi solidaritas). Sumari mangkal biasa, terpapar gas air mata ditambah stres jantung atau asma kambuh. Korban ditemukan lemas, muntah pegang dada, dibawa ke RSUD Dr. Moewardi, akhirnya meninggal.
8. Rheza Sendy Pratama (21 tahun, mahasiswa semester V Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta)
Lokasi: Ring Road Utara, depan Polda DIY, Yogyakarta.
Kronologi: 31 Agustus pagi, demo “Reformasi Polri” (konsolidasi BEM UGM/ISI pukul 15.00 WIB, bergerak ke Polda). Ratusan massa melempar batu dan molotov. Terjadi bentrok. Korban luka serius, leher patah, pelipis bocor, jejak sepatu di dada dan perut. Dibawa ke RSUP dr Sardjito, akhirnya meninggal pukul 07.00 WIB. Keluarga menuntut proses hukum. Ribuan mahasiswa antar jenazah ke pemakaman Sendangadi.
9. Iko Juliant Junior (usia tidak disebut, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang angkatan 2024)
Lokasi: Dekat Polda Jateng, Semarang.
Kronologi: 31 Agustus, pamit ke orang tua ke kampus pakai jas almamater, rencana jemput teman ditahan pasca demo. Ditemukan kritis, diantar Brimob ke RSUP dr Kariadi. Sempat mengigau “jangan dipukuli lagi”, akhirnya meninggal. Penyebabnya dugaan kekerasan oknum aparat saat bentrok.
10. Septinus Sesa
Lokasi: Kawasan Wirsi dan Jalan Yosudarso, Manokwari, Papua Barat.
Kronologi: 28 Agustus malam, saat blokade jalan demo (aksi solidaritas). Bentrok polisi-massa, Septinus meninggal dunia diduga terimbas gas air mata dan dampak bentrokan. (*)
Keterangan: Data masih bersifat dinamis, yang dihimpun dari berbagai pemberitaan media-media nasional terpercaya.






