KabarBaik.co- Wafatnya Direktur Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Palestina, dr Marwan al-Sultan, masih menyimpan duka begitu mendalam. Bukan hanya menyelimuti Indonesia. Namun, juga komunitas kemanusiaan internasional.
Sebelumnya, Marwan dilaporkan wafat bersama istri dan anggota keluarganya dalam serangan udara brutal tentara Israel di wilayah utara Gaza, Selasa (2/7) waktu setempat.
Kabar wafatnya dr Marwan mengundang respons emosional dari berbagai kalangan. Tidak terkecuali Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Polkam) RI Komjen Pol (Purn) Budi Gunawan. Dia menyampaikan belasungkawa mendalam atas kepergian sosok yang disebutnya sebagai dokter sekaligus pejuang kemanusiaan sejati.
“Almarhum adalah sosok teladan, seorang dokter, pemimpin, dan pejuang kemanusiaan.Keberanian dan pengabdiannya menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai kemanusiaan melampaui batas negara, agama, dan konflik,” ungkap Budi Gunawan dalam pernyataan resminya, Sabtu (5/7).
Dihimpun tim KabarBaik.co, dr Marwan al-Sultan adalah warga negara Palestina berdarah Indonesia. Ia dikenal luas sebagai tokoh penting di sektor kesehatan Gaza. Menjabat sebagai direktur RS Indonesia sejak rumah sakit itu mulai beroperasi pada 2016 silam. Selain menangani manajemen rumah sakit, ia juga turun langsung merawat para korban perang. Terutama saat intensitas serangan meningkat di Jalur Gaza.
Dikenal rendah hati dan berdedikasi, dr Marwan bekerja tanpa pamrih di tengah keterbatasan obat, listrik, dan infrastruktur yang hancur akibat blokade dan serangan berulang. Marwan kerap dijuluki “jantung RS Indonesia” oleh para tenaga medis dan relawan Indonesia yang bertugas di sana.
RS Indonesia dibangun atas prakarsa rakyat Indonesia melalui penggalangan dana oleh berbagai organisasi kemanusiaan. Termasuk Medical Emergency Rescue Committee (MER-C). Terletak di Beit Lahiya, Gaza Utara, rumah sakit ini menjadi salah satu fasilitas kesehatan terbesar dan terpenting di wilayah tersebut.
Dengan kapasitas lebih dari 100 tempat tidur dan berbagai fasilitas operasi, RS Indonesia sering menjadi tumpuan utama dalam penanganan korban luka akibat konflik bersenjata. Khususnya saat rumah sakit lain lumpuh akibat serangan.
Sayangnya, keberadaan RS sakit tersebut tak luput dari ancaman. Serangan udara yang membunuh Marwan dan keluarganya turut menjadi pengingat getir bahwa bahkan fasilitas kesehatan pun kini tak lagi aman di medan konflik.
Dalam pernyataannya, Budi Gunawan menegaskan bahwa pemerintah Indonesia akan terus menyuarakan pentingnya penghormatan terhadap hukum humaniter internasional, khususnya perlindungan terhadap tenaga medis dan fasilitas kesehatan.
“Ia bukan hanya milik Gaza, tetapi juga milik dunia. Seorang anak bangsa yang memilih jalan pengabdian dalam medan yang sunyi namun penuh arti. Kami menyampaikan simpati tulus dan doa khusyuk untuk keluarga dr. Marwan dan seluruh tim medis yang masih bertugas di Gaza.”
Budi juga menyebut semangat kemanusiaan dr Marwan akan terus hidup dan menjadi inspirasi generasi penerus. Baik di bidang medis maupun kemanusiaan secara luas.
Kepergian Marwan bukan hanya kehilangan bagi Gaza, melainkan juga bagi Indonesia dan komunitas internasional. Marwan adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dengan cara yang damai. Mengobati, menyelamatkan, dan merawat kehidupan.
Semoga perjuangan almarhum menjadi cahaya yang menuntun dunia menuju penghormatan lebih tinggi atas nilai-nilai kemanusiaan, bahkan di tengah reruntuhan perang. (*)