6 Tips Efektif Nasihat untuk Remaja Laki-Laki tanpa Membentak

oleh -480 Dilihat
menasehati
Foto Freepik

KabarBaik.co- Saat anak memasuki masa remaja, tantangan yang dihadapi orangtua semakin kompleks. Proses menuju kedewasaan ini sering kali disertai dengan perilaku yang sulit ditebak dari remaja laki-laki, yang cenderung menarik diri saat menghadapi kesulitan.

Biasanya mereka terpengaruh oleh teman sebaya tentang cara berpikir dan bertindak. Oleh karena itu, orangtua harus selalu memberikan bimbingan dan nasehat  yang tepat. Menasihati remaja membutuhkan pendekatan yang sensitif dan bijaksana agar tidak memperburuk kondisi atau membuat mereka merasa disalahkan.

1. Bicara To The Point dan Tetap Manis

Remaja laki-laki pada umumnya cenderung kurang sabar terhadap informasi yang diungkapkan secara panjang lebar atau yang terkesan mengulang-ulang. Saat ingin menasihatinya, orangtua bisa membuat rangkaian point pertanyaan yang jelas dan runtut. Cara ini akan membantu membangun komunikasi yang efektif dan efisien dengan remaja laki-laki, memperkuat kemungkinan pesan diterima dengan lebih baik oleh mereka.

2. Pilih Waktu yang Tepat

Apabila orangtua mencoba memberi nasihat saat mereka sedang lelah setelah pulang sekolah atau aktivitas lainnya, ini bisa membuat masalah semakin rumit. Remaja cenderung bisa mengabaikan atau bahkan merespon dengan emosi yang bisa memperburuk suasana di rumah. Sebagai gantinya, orangtua sebaiknya mencari momen yang lebih santai dan tidak terburu-buru, seperti ketika mereka sedang bermain game, berjalan-jalan, atau bersiap-siap untuk makan malam bersama.

3. Pahami Cara Berpikir Remaja Laki-laki

Pada dasarnya, untuk mendidik anak adalah mencoba untuk memahami sudut pandang dan cara berpikir remaja laki-laki.

Apakah kalian tahu apa yang mereka rasakan? Apakah mereka sedang stres, takut, atau sedih? Semakin banyak mengenal anak, semakin baik pula cara menghadapi termasuk mendidik sifatnya yang keras kepala.

4. Hindari Sikap Sinis dan Menghakimi  

Beberapa orang tua secara keliru percaya bahwa hukuman verbal dan sikap sinis serta menghakimi tidak akan berdampak buruk pada anak-anak mereka. Padahal kekerasan fisik dan hukuman, akan meninggalkan luka emosional yang membekas hingga ia dewasa.

Sama seperti hukuman fisik yang merusak jiwa anak, sikap menghakimi yang kasar juga merusak harga diri anak. Sudut pandang permusuhan orang tua akan tertanam jauh di dalam jiwa anak dan membentuk dasar identitas negatif yang dibawa anak sepanjang hidup.

Selain tidak mendefinisikan anak dalam pengertian baik dan buruk, orang tua hendaknya menahan diri untuk tidak melabeli anak yang berkonotasi negatif, seperti nakal, bandel, cengeng, dan sebagainya.

5. Kendalikan Emosi

Orangtua harus tetap tenang dan sabar saat menasihati remaja laki-laki. Ketika orangtua tersulut emosi, pesan yang ingin disampaikan bisa terdistorsi atau disampaikan dengan cara yang kurang efektif. Remaja, yang pada masa ini sedang mencari identitas dan merasa sangat peka terhadap suasana hati orang tua, dapat merasa terintimidasi atau tidak nyaman jika orang tua mengeluarkan emosi yang berlebihan. Hal ini dapat menghambat komunikasi terbuka dan membuat mereka enggan untuk berbagi masalah atau mencari saran dari orang tua.

6. Jangan Lupa Memanggil penuh Kasih Sayang

Meskipun fase ini bisa membuat frustrasi dan menantang, orangtua bisa memutus siklus kemarahan dengan cara-cara sederhana seperti menggunakan panggilan kasih sayang. Panggilan seperti ‘sayang’, ‘nak’, atau nama panggilan lain yang disukai anak, menunjukkan bahwa orangtua peduli dan menghargai mereka.

Tips Tambahan:

  • Jadilah Role Model: Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang mereka dengar. Jadilah contoh yang baik dalam hal yang ingin Anda ajarkan.
  • Berikan Pilihan: Jangan memaksakan pendapat Anda. Berikan beberapa pilihan dan biarkan remaja memilih sendiri.
  • Sabar dan Konsisten: Perubahan tidak terjadi dalam semalam. Bersabarlah dan konsisten dalam memberikan nasihat.

Penting: Setiap remaja berbeda-beda, sehingga pendekatan yang efektif juga akan berbeda-beda. Sesuaikan tips di atas dengan karakter dan situasi remaja.

Contoh kalimat yang bisa Anda gunakan:

  • “Aku tahu kamu sedang merasa kesulitan dengan pelajaran ini. Apa yang bisa kita lakukan bersama untuk memperbaikinya?”
  • “Aku bangga melihat kamu berusaha lebih keras kali ini. Teruslah berusaha!”
  • “Aku mengerti kalau kamu merasa kesal, tapi coba pikirkan lagi bagaimana tindakanmu itu bisa berdampak pada orang lain.”

Jika memerlukan bantuan profesional, jangan ragu untuk mengunjungi psikolog. Seorang psikolog dapat membantu dalam memberikan arahan stimulasi kepada orangtua, sekaligus melakukan pendampingan pada anak ketika menghadapi tekanan atau masalah mental yang mempengaruhi kehidupan mereka, termasuk yang terkait dengan keluarga.

Semoga informasi ini bermanfaat, ya!

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Lilis Dewi


No More Posts Available.

No more pages to load.