KabarBaik.co – Musim panen telah tiba. Sebagian petani di Kabupaten Pasuruan merasa senang seiring dengan program swasembada pangan yang digagas pemerintah. Bahkan telah ditetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500 per kilogramnya.
Namun kenyataan di lapangan justru terbalik. Harga di petani jauh dari HPP yakni hanya Rp 5.800 per kilogram. Selisih Rp 800 per kilogram sangat dirasakan para petani yang dijanjikan harga tinggi.
Salah satu petani di Kabupaten Pasuruan, Mustofa yang telah panen menyampaikan, harga gabah di tengkulak hanya Rp 5.800 saja dan tidak bisa baik lagi. Padahal, biaya untuk pupuk hingga panen cukup tinggi.
“Gimana lagi harga di tengkulak hanya Rp 5.800 saja, tidak bisa naik lagi. Tapi tetap dijual meskipun harga sebelumnya di atas Rp 6.000 per kilogramnya,” ucap Mustofa, salah seorang petani dari Desa Pateguan, Kecamatan Kejayan, Jumat (10/1).
Mustofa menyatakan, meskipun harga di tengkulak rendah, para petani tetap menerimanya karena untuk mengganti biaya yang telah dikeluarkan selama ini. “Pokoknya nggak rugi besar saja. Apa yang telah dikeluarkan untuk bertani untung sedikit bisa dibuat modal masa tanam lagi,” jelasnya.
Serupa dengan Mustofa, petani lainnya, Nasrul merasakan dampak saat panen kali ini dengan turunnya harga gabah di tengkulak. “Musim panen kemarin masih tinggi seperti yang ditentukan Bulog, tapi saat ini turun lagi harga gabahnya,” ucapnya.
Dengan ketidak sesuaian harga yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto dalam program, swasembada pangan yang digagasnya, para petani hanya bisa berharap harga gabah bisa dipantau dan kebutuhan pupuk subsidi tersedia. (*)