KabarBaik.co – Kabupaten Kediri mencatat capaian membanggakan di sektor kesehatan. Dalam lima tahun terakhir, angka kematian bayi berhasil ditekan hingga 86 persen. Dari 162 kasus pada 2020 menjadi hanya 22 kasus per September 2025.
Capaian ini tidak lepas dari program pembinaan berkelanjutan antara Rumah Sakit PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) dan Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) yang digagas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri bersama dokter spesialis anak.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Kediri dr Ika Tjandra Kusuma menuturkan bahwa pembinaan dilakukan secara rutin untuk menekan angka kematian bayi sekaligus mengatasi masalah gizi.
“Tujuan pembinaan ini adalah menurunkan angka kematian bayi dan menyelesaikan persoalan gizi. Kegiatan ini rutin dilaksanakan dan hasilnya terbukti signifikan,” ujar Ika, Rabu (24/9).
Upaya ini berjalan beriringan dengan percepatan penanganan stunting. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting di Kabupaten Kediri berhasil ditekan hingga 7,9 persen, jauh lebih rendah dari rata-rata nasional.
Dokter spesialis anak RSKK Pare dr Meiliza yang ikut melakukan pembinaan menambahkan kegiatan digelar 3–4 kali dalam setahun. Fokusnya pada penanganan bayi baru lahir, kasus gawat darurat, serta pencegahan stunting.
“Kami minta puskesmas melakukan drill emergency. Jadi ketika ada bayi lahir, mereka sudah siap dari sisi alat, keterampilan, hingga prosedur rujukan. Semua ini demi menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi maupun balita,” jelas Meiliza.
Ia menekankan bahwa keterampilan tenaga kesehatan di puskesmas sangat krusial. Sebab sebagian besar pelayanan ibu hamil dilakukan di tingkat puskesmas, sehingga peningkatan kapasitas akan meminimalisir risiko kematian dan kecacatan bayi.
Sementara itu, Silatur Rokhmah, Bidan Koordinator Puskesmas Tanon, mengaku sangat terbantu dengan adanya program pembinaan ini.
“Acara seperti ini sangat bermanfaat. Kami bisa update ilmu dan menyegarkan keterampilan menghadapi kasus gawat darurat. Harapannya kegiatan ini berlanjut, sehingga angka kematian ibu dan bayi bisa ditekan bahkan zero,” ungkapnya.
Selain pembinaan PONEK–PONED, Dinkes Kediri juga mengintensifkan berbagai program lain seperti pelatihan tenaga kesehatan, perbaikan sistem rujukan, optimalisasi posyandu, pemberian makanan tambahan berbasis lokal, hingga penanganan ibu hamil dengan kondisi kekurangan energi kronis (KEK) dan anemia. (*)








