KabarBaik.co- Pemerintah Arab Saudi dikabarkan memberikan peringatan kepada Indonesia setelah jumlah jemaah haji asal Tanah Air yang wafat pada musim haji 2025 tetap tinggi. Dari laporan resmi Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama, tercatat 447 jemaah meninggal dunia. Angka itu disebut jauh melampaui angka toleransi yang hanya sekitar 60 orang.
Angka kematian itupun menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian tertinggi di antara seluruh pengirim jemaah. Kepala Badan Penyelenggara (BP) Haji KH Mochamad Irfan Yusuf (Gus Irfan) mengatakan, teguran dari otoritas Arab Saudi juga disampaikan langsung oleh Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Mohammed bin Salman (MBS) kepada Presiden Prabowo Subianto.
“Indonesia menjadi penyumbang separuh dari kematian selama musim haji. Ini menjadi perhatian serius dari pemerintah Saudi,” ujar Gus Irfan di Jakarta, Sabtu (23/8).
Data menunjukkan, mayoritas jemaah haji Indonesia yang wafat adalah lanjut usia, yaitu 290 orang atau 64,88 persen. Sisanya, 157 orang berusia antara 41 hingga 64 tahun. Dari jumlah jemaah wafat itu, 274 orang merupakan laki-laki, sedangkan 173 lainnya perempuan.
Kondisi kesehatan menjadi faktor dominan. Bahkan, ditemukan ada jemaah dengan penyakit kronis seperti gagal ginjal yang masih menjalani cuci darah rutin maupun penderita diabetes parah tetap diberangkatkan.
Situasi ini menimbulkan keprihatinan, Pasalnya, ibadah haji yang seharusnya menjadi puncak pengalaman spiritual justru diwarnai angka kematian tinggi. Pihak Arab Saudi menilai banyak jemaah Indonesia tidak memenuhi syarat istithaah atau kemampuan fisik untuk berhaji.
Gus Irfan mengakui bahwa hal itu menjadi titik lemah dalam penyelenggaraan haji Indonesia. “Saya ditegur langsung, ada yang tiap bulan harus cuci darah tetap diberangkatkan. Ini jadi pertanyaan besar bagi mereka,” ungkapnya.
Belajar dari pengalaman tahun ini, BP Haji berencana memperketat syarat kesehatan bagi calon jemaah. Meski kebijakan itu diprediksi menimbulkan protes karena antrean panjang, pemerintah menegaskan keselamatan jemaah harus menjadi prioritas utama.
“Yang penting kita bisa menyelamatkan calon jemaah kita, sekaligus menjaga nama baik Indonesia di mata dunia,” tegas Gus Irfan.
Sebagai langkah antisipasi, BP Haji akan menggandeng Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) untuk menyelenggarakan program manasik kesehatan sejak setahun sebelum keberangkatan. Selain itu, tes kesehatan akan dilakukan lebih awal, sehingga calon jemaah yang belum memenuhi syarat masih memiliki waktu 8–10 bulan untuk memperbaiki kondisi tubuhnya.
Dengan langkah tersebut, pemerintah berharap angka kematian pada musim haji mendatang dapat ditekan dan kepercayaan Arab Saudi terhadap Indonesia tetap terjaga. (*).