Belajar dari Rewang, Membangkitkan Partisipasi Warga di Program MBG

oleh -418 Dilihat
BOIMIN

OLEH: BOIMIN*)

KEPALA Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyampaikkan penyebab keracunan menu makan bergizi gratis (MBG) di SDN Dukuh 03 Sukoharjo Jawa Tengah. Berdasarkan evaluasi, penyebab keracunan tersebut karena proses masak yang tidak matang oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Karena itu, BGN menggandeng Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan pengawasan pangan program MBG (DetikHealth, 23/1/2025).

Kerjasama BGN dengan BPOM dalam pengawasan MBG itu sudah tepat. Namun, akan lebih baik, jika BGN melibatkan partisiasi warga dalam proses memasak, mendistribusikan, dan pengawasan keamanan pangan (food safety) MBG. Misalnya, mengaplikasan tradisi rewang untuk menyukseskan MBG di pedesaan, khususnya di Jawa. Pun di daerah lainnya, BGN bisa mengaplikasikan tradisi serupa.

Bagaimana rewang membantu mensukseskan MBG? Saya akan bercerita pengalaman menjalankan tradisi rewang di Ngawi, Jawa Timur. Ditambah, pengalaman bekerja di restoran kampus (dining campus)—yang menyediaan pangan yang aman, sehat, dan bergizi untuk mahasiswa University of Massachusetts (UMass) Amherst. Di mana, restoran kampus UMass selalu menjadi Juara 1, terbaik di Amerika Serikat, delapan tahun berturut-turut (2017-2024), oleh the Princeton Review.

Semoga tulisan ini bisa melengkapi dan menyempurnakan ide kolaborasi BGN, BPOM dan warga dalam menyukseskan MBG.

Rewang: Tradisi Pangan yang Partisipatif dan Holistik

Rewang–mungkin di daerah lain ada sebutan lain–merupakan tradisi masyarakat Jawa, bergotong royong membantu tetangga yang sedang mengadakan acara besar (hajatan). Tradisi ini masih dipertahankan sampai sekarang, terutama di pedesaan.

Rewang ini bersifat partisipatif dan holistik. Warga terlibat secara langsung dan menyeluruh sebagai satu kesatuan. Mulai dari awal hajatan (perencanaan), pelaksanaan, sampai akhir hajatan—yang ditandai dengan acara pembubaran panitia rewang.

Tradisi rewang diawali silaturahim calon tuan rumah hajata. Biasanya suami ditemani istrinya bertandang ke orang yang dituakan (tokoh) di kampung; memberitahukan niatnya untuk mengadakan hajatan; meminta nasihat dan petuah agar hajatan berjalan dengan baik.

Selanjutnya, atas restu dan sepengetahuan tokoh kampung, mereka akan bersilaturahim ke rumah calon panitia rewang. Satu demi satu. Khususnya panitia rewang yang dewasa. Lain halnya untuk panitia rewang dari kalangan remaja dan anak muda (sinoman), calon tuan rumah cukup silaturahiem ke ketua sinoman. Tugas utama sinoman ialah menyajikkan suguhan kepada tamu ketika hajatan sedang berlangsung.

Ketika silaturahim itu, calon tuan rumah meminta kesediaan dan menyampaikan peran atau tugas calon panitia rewang, secara langsung. Tugas itu disesuaikan dengan kemampuannya. Tugas panitia rewang beragam. Mulai menerima tamu, menyiapkan dan memasak makanan, mengantar dan menyajikan makanan, dan sebagainya.

Panitia rewang—khususnya koordinator yang menyiapkan dan memasak makanan—harus memiliki rekam jejak yang baik. Koordinator tukang masak itu harus teruji atau sudah terbukti sukses menyiapkan dan memasak makanan dalam hajatan selama sekian tahun. Koordinator tukang masak biasanya mendapatkan uang saku atau uang lelah. Itu wajar mengingat pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran, serta tanggung jawabanya yang besar.

Hajatan di kampung biasa mengundang 500 tamu undangan, bahkan bisa lebih. Betapa tidak mudahnya panitia rewang menyiapkan, mengoordinasikan, mengeksekusi dan mengevaluasi semua tugasnya. Namun itu bisa mereka lakukan dengan baik. Itu membuktikan kehandalan tradisi rewang—yang bersifat partisipatif dan holistik.

Kolaborasi Pengawasan Keamanan Pangan MBG

Kolaborasi BGN dengan warga lokal yang aktif dalam kepanitiaan rewang akan mempermudah pengawasan keamanan pangan MBG di desa-desa. Partisipasi dan rasa kepemilikan warga akan meningkat, sehingga merasa berkewajiban menjaga program MBG tersebut.

Itu seperti pepatah Jawa: 1) mulat sarira hangrasa wani (berani mawas diri), 2) rumangsa melu handarbeni (merasa ikut memiliki), 3) wajb melu angrungkebi (wajib ikut menjaga atau membela).

Meskipun sudah berpengalaman dalam kepanitiaan rewang, warga yang dilibatkan dalam MBG harus mengikuti pelatihan yang diadakan oleh BGN yang bekerjasama dengan BPOM. Tujuannya agar ada standarisasi, sehingga keamanan pangan (food safety) MBG lebih terjamin.

Terlebih BGN sudah menggandeng BPOM dalam pengawasan MBG, yang meliputi mitigasi dan evaluasi dari aspek higienis keamanan pangan. Itu termasuk memberikan pelatihan pada orang-orang yang terlibat dalam mendistribusikan MBG ke sekolah-sekolah (DetikHealth, 23/01/2025).

Kolaborasi dalam menyediakan makanan bergizi juga dipraktekkan di negara maju. Contohnya, Amerika Serikat (AS) melalui restoran di kampus-kampusnya (dining campus).
Restoran kampus menyediakan makanan yang aman, sehat dan bergizi untuk mahasiswa melalui meal plans—perencanaan terkait apa yang akan dimakan, kandungan kalorinya, dan termasuk juga harganya. Pilihannya beragam: harian, mingguan, bulanan, dan semesteran.

Restoran kampus juga berkolaborasi dengan warga sekitar dan mahasiswa. Pihak restoran menggandeng petani lokal dan mahasiswa yang bertani (student farmers), menyuplai bahan pangan untuk restoran kampus, dari hasil pertanian dan peternakan mereka.

Restoran kampus juga merekrut warga lokal dan mahasiswa untuk menjadi pegawainya (staff). Mereka juga mendapatkan pelatihan mengenai keselamatan kerja dan keamanan pangan—sesuai standard Food and Drug Administrations (FDA) atau BPOM-nya AS.

Kolaborasi restoran kampus dengan warga sekitar dan mahasiswa memberikan dampak positif. Mereka lebih percaya dengan pengelolaan dan kualitas pangan restoran kampus. Mereka juga lebih merasa memiliki dan bertanggung jawab, menjaga keberlanjutan (sustainability) restoran kampus.

Kesimpulannya, kolaborasi dengan berbagai pihak terkait merupakan kunci keberhasilan penyediaan pangan bergizi. Tidak terkecuali, kolaborasi dengan warga sekitar untuk menyukseskan program MBG.

*) BOIMIN, Direktur eksekutif the Banana Institute: Center for Food Policy, and Food for Health & Wellness, menyelesaikan studi S3-Ilmu Pangan, di University of Massachusetts Amherst, Amerika Serikat

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini



No More Posts Available.

No more pages to load.