KabarBaik.co– Di tengah kobaran api yang melahap gedung parlemen dan rumah-rumah elite politik, Generasi Z Nepal memaksa Perdana Menteri (PM) K.P. Sharma Oli mundur hanya dalam hitungan hari. Demikian juga Presiden serta jajaran para Menteri.
Protes yang dimulai sebagai bentuk kemarahan atas larangan akses 26 platform media sosial (medsos) itu berubah menjadi kerusuhan terburuk sejak Nepal menjadi republik pada 2008. Setidaknya 30 nyawa melayang dan ratusan luka-luka. Ribuan narapidana kabur dari tahanan. dan kerusakan parah lainnya.
Dari informasii yang dihimpun,
Kerusuhan meletus pada awal September 2025, dipicu oleh keputusan pemerintah PM Oli yang memblokir Facebook, Instagram, WhatsApp, X (Twitter), YouTube, dan platform lain karena dianggap tak patuh aturan pendaftaran baru dari Kementerian Komunikasi.
Larangan ini memukul telak 90 persen dari 30 juta penduduk Nepal yang bergantung pada internet untuk komunikasi, pekerjaan, dan informasi. Bagi Gen Z, yang mendominasi demonstrasi, aksi ini bukan hanya soal akses digital, melainkan simbol pembungkaman suara mereka terhadap korupsi merajalela, pengangguran pemuda mencapai 20,8 persen, dan “nepo kids” (anak pejabat) yang memamerkan kemewahan di medsos sementara rakyat menderita kemiskinan.
Eskalasi kekerasan mencapai puncak pada 8-9 September. Ribuan pemuda menyerbu gedung parlemen di Kathmandu, membakarnya hingga ludes. Polisi merespons dengan gas air mata, peluru karet, dan tembakan sungguhan, menewaskan 19 orang di hari pertama saja. Pada 9 September, massa membakar Mahkamah Agung, kantor partai Nepali Congress, rumah menteri, dan bahkan hotel Hilton. PM Oli akhirnya mundur sore itu, diikuti empat menteri lain, dengan alasan “membantu penyelesaian politik.”
Bandara Internasional Tribhuvan ditutup sementara, memerangkap wisatawan termasuk ratusan warga India dan Indonesia yang dievakuasi darurat.
Tragedi pribadi turut mewarnai kekacauan ini. Istri mantan PM Jhala Nath Khanal, Rajyalaxmi Chitrakar, tewas akibat luka bakar parah setelah rumah mereka dibakar massa. Sementara itu, rumah Oli di Balkot dibakar, tapi ia dan istrinya, Radhika Oli, selamat dievakuasi. Hingga 11 September 2025, tentara Nepal mengambil alih keamanan, memberlakukan jam malam nasional, dan korban tewas naik menjadi 30 dengan 500 luka. Presiden Ram Chandra Paudel mengundang pemimpin Gen Z untuk dialog, tapi demonstran menuntut pemerintahan sementara dipimpin mantan Ketua Mahkamah Agung, sambil menyalahkan “ekstremis” atas kerusakan.
Dampaknya meluas.Pariwisata lumpuh, remitansi (33 persen PDB Nepal) terganggu, dan Human Rights Watch mengecam kekerasan polisi. Respons internasional datang dari India, AS, dan PBB, yang menyerukan investigasi independen. Simbol kreatif seperti bendera Straw Hat Pirates dari anime One Piece digunakan demonstran sebagai bentuk protes unik.
Situasi mulai mereda dengan patroli tentara, tapi ketegangan tetap tinggi. Gen Z Nepal telah membuktikan: Dalam era digital, membungkam suara anak muda bisa memicu api revolusi yang sulit dipadamkan. Apakah ini akhir dari elite korup, atau awal kekacauan baru? Hanya waktu yang akan menjawab. (*)