Cak Ji dan Gaya Kepemimpinan Otentik

oleh -641 Dilihat
Wawali Surabaya Armuji alias Cak Ji. (Foto Capture)

ANDA mungkin sudah mengenal nama Cak Ji. Panggilan akrab Wakil Wali Kota Surabaya. Namanya memang singkat. Satu kata saja. Armuji. Namun, karier politiknya terentang begitu panjang. Politisi senior PDI Perjuangan. Belakangan, nama Cak Ji banyak menghiasi media. Baik media pers maupun media non-pers atau media sosial. Apalagi setelah sidaknya ke sebuah perusahaan untuk menindaklanjuti laporan tentang dugaan penahanan ijazah itu. Lalu, berujung ke polisi.

Dia dilaporkan Jan Hwa Diana, pemilik CV Sentosa Seal, perusahaan yang disidak tersebut. Yang juga perempuan itu tentu warga Cak Ji sendiri. Maksudnya, warga Kota Surabaya. Anda pun sudah tahu, di ujung telepon, perempuan itu menyebut Cak Ji sebagai penipu. Dengan nada suara, silakan Anda menilainya sendiri.

Jika ditarik jauh ke belakang, gaya kepemimpinan Cak Ji memang terbilang otentik. Sebagian warga Surabaya bilang sat-sat wet! Langsung telepon pihak yang bersangkutan atau langsung mendatangi lokasi. Sebetulnya, sebagai seorang pemimpin, bisa saja Cak Ji duduk manis di kursi empuknya. Ruangan sejuknya. Lalu, tinggal panggil atau telepon anak buahnya. Namun, pilihan itu seringkali tidak diambil. Ia lebih memilih untuk obah dan umek.

Rasanya, gaya kepemimpinan itu bukan untuk mendongkrak citra atau popularitas. Sudah selesai. Kalaupun ada yang menilai begitu, tentu silakan saja. Toh, panggung politik itu memang tidak jauh dari persepsi. Tapi, bagi yang mengenal dekat, sepertinya tidak demikian dengan Cak Ji. Terlebih, usianya juga tidak lagi muda. Dalam beberapa kesempatan, Cak Ji kerap mengungkapkan ingin memberikan kemanfaatan sebanyak-banyaknya. Terlebih, bagi wong cilik.

Lepas dari benas-salah persoalan di atas, gaya kepemimpinan Cak Ji tersebut hanya satu di antara beragam model pilihan yang bisa diambil oleh siapapun sebagai seorang pemimpin. Mulai dari tingkat paling bawah seperti ketua RT hingga seorang Presiden. Ada begitu banyak pilihan. Meminjam gaya olahraga renang, ada gaya bebas, gaya kupu-kupu, gaya katak, gaya dada, dan lainnya.

Di sekitar kita pun bisa dengan mudah menilai karakter dan gaya pemimpin masing-masing. Ada yang mungkin bergaya seolah lemah lembut, tetapi sebetulnya culas alias licik. Suka berbohong. Janji-janji manis, realisasinya nol besar. Ada yang mungkin dikira tegas, tetapi sejatinya plin-plan. Ada yang suka marah-marah, dan seterunya. Pokoknya, macam-macam.

Ada juga pemimpin dengan menyamar. Tapi, itu dulu. Tidak tahu sekarang. Ini seperti kisah-kisah Harun al-Rasyid, khalifah Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad (786–809 M). Dalam beberapa literatur ia dikenal adil dan sering menyamar sebagai rakyat biasa ditemani pembantunya, Jakfar al-Barmaki.

Dalam satu ceritanya, suatu malam, Harun al-Rasyid menyamar sebagai pedagang dan berjalan di pasar. Ia bertemu seorang nelayan tua yang sedang menangis. Sebab, tidak bisa membayar pajak. Nelayan itu bercerita bahwa ia telah berhari-hari tidak mendapat ikan, sementara petugas pajak mengancam akan menyita rumahnya.

Khalifah Harun al-Rasyid pun meminta nelayan itu membawanya ke sungai untuk memancing bersama. Setelah beberapa jam, mereka berhasil mendapat ikan besar. Harun al-Rasyid lantas membayarnya dengan dinar emas. Keesokan harinya, nelayan itu dipanggil ke istana. Betapa terkejutnya ia melihat “pedagang” yang membantunya ternyata sang Khalifah. Lalu, Khalifah Harun al-Rasyid juga menghukum petugas pajak yang zalim dan memberikan santunan.

Kisah lain Sultan Mahmud dari Ghazni (971–1030 M), Ia pun sering berkeliling dengan pakaian lusuh untuk menguji kejujuran rakyatnya. Suatu hari, ia masuk ke toko roti dan membeli roti dengan uang palsu. Penjual roti itu, tanpa curiga, menerimanya. Ketika Sultan kembali dengan uang asli dan mengaku, penjual bersangkutan pun berkata. ’’Sebetulnya aku sudah tahu uangmu adalah palsu, tapi aku kasihan melihatmu seperti orang lapar,’’ kata penjual roti itu. Dia tidak tahu bahwa yang sedang berhadapan dengannya adalah seorang pemimpinnya. Sultan Mahmud ingin mengetahui kejujuran rakyatnya.

Lain hari, Sultan Mahmud pun memanggil penjual roti tersebut ke istana dan memberinya hadiah atas kejujuran dan kemurahan hatinya. Sultan juga memerintahkan agar sistem keuangan diperbaiki agar rakyat tidak mudah tertipu.

Kisah Raja Akbar dari Mughal, India, (1542–1605) lain lagi. Ia sering menyamar bersama penasihatnya untuk menguji dan mendengar keluhan rakyat. Suatu ketika, Raja Akbar pernah berpakaian seperti petani, kemudian mengunjungi sebuah desa yang dilaporkan oleh anak buahnya sebagai desa yang makmur. Ia pun ingin mengeceknya langsung kebenaran informasi tersebut. Ternyata, ia melihat rakyat di desa itu ada yang kelaparan. Terungkap, ada pejabat setempat menimbun gandum.

Melihat fakta tersebut, Raja Akbar pun mengungkap identitasnya dan menghukum pejabat korup itu. Gandum yang disimpan itupun lantas dibagikan kepada rakyat miskin.

Dalam agama Islam, kita juga banyak mendengar teladan-teladan tersebut. Bagaimana Khalifah Umar bin Khatab, misalnya. Ia suka keliling lantas memanggul sendiri bahan makanan untuk diberikan ke warganya yang kelaparan. Begitu juga Nabi Sulaiman, yang juga pernah menyamar untuk menguji rakyatnya. Dalam sebuah riwayat, ia berpura-pura miskin saat bertamu ke rumah rakyat, hanya untuk melihat apakah mereka tetap menjamu tamu dengan baik.

Kisah-kisah tersebut mengajarkan bahwa pemimpin sejati memang harus dekat dengan rakyat, bukan hanya duduk di singgasana. Menerima laporan asal bapak senang. Bukankah seperti diriwayatkan dalam Hadis Nabi: “Pemimpin yang tidak peduli rakyatnya, tidak akan masuk surga.” (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini



No More Posts Available.

No more pages to load.