KabarBaik.co – Jejak sejarah masa lampau kembali terkuak di Kabupaten Bojonegoro, tepatnya di Desa Sudah, Kecamatan Malo. Terletak di tepian Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, desa ini menyimpan warisan arkeologis yang mengindikasikan adanya peradaban maju sejak masa Kerajaan Majapahit.
Arkeolog dari Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, menyebut Desa Sudah sebagai salah satu situs penting dalam lintasan sejarah panjang Bengawan Solo. Menurutnya, bentuk aliran sungai yang berkelok-kelok di sekitar desa sangat ideal sebagai lokasi permukiman pada masa lampau.
“Desa Sudah memiliki usia yang sangat tua, diperkirakan sudah ada sejak 667 tahun lalu, berdasarkan Prasasti Canggu tahun 1358 Masehi di masa Raja Hayam Wuruk,” jelas Dwi, Rabu (9/8).
Dalam prasasti tersebut mencatat adanya 44 desa tambangan, yakni desa penyeberangan sungai dan Desa Sudah tercatat sebagai salah satunya.
Tak hanya berdasar pada naskah kuno, berbagai temuan arkeologis juga memperkuat identitas historis desa ini. Di antaranya adalah pecahan gerabah, situs Tameng Jati, tiga sumur kuno, serta struktur tanah yang menunjukkan bekas permukiman kuno.
Dwi bahkan menyebut bahwa Desa Sudah pernah berstatus sebagai desa perdikan, yakni desa yang diberi hak otonomi oleh kerajaan karena kontribusinya terhadap fasilitas publik, khususnya tambangan.
Menariknya, nama ‘Sudah’ diperkirakan berasal dari bahasa Sanskerta, yakni “suddha” yang berarti suci, terang, atau paripurna. “Ini bisa menjadi petunjuk adanya bangunan suci atau tempat peribadatan seperti candi desa pada masa Majapahit, meski sejauh ini belum ditemukan secara konkret,” imbuhnya.
Dari sisi ekonomi, Dwi juga menegaskan bahwa Desa Sudah sudah memiliki sistem ekonomi mandiri sejak masa kerajaan. Aktivitas masyarakat kala itu ditopang oleh pertanian, budaya maritim sungai, hingga kerajinan gerabah. Hal ini diperkuat dengan temuan artefak gerabah kuno yang diduga merupakan hasil produksi lokal, mengingat wilayah Malo hingga kini masih dikenal sebagai sentra pengrajin gerabah.
Penelitian ini tak hanya memperkaya narasi sejarah lokal, tetapi juga membuka potensi pelestarian dan pengembangan kawasan budaya di Bojonegoro, khususnya di sepanjang DAS Bengawan Solo.
Kepala Desa Sudah, Agus Muklison, membenarkan adanya sejumlah temuan benda bersejarah di wilayahnya, mulai dari arca, tombak kuno, hingga struktur sumur yang menunjukkan tingginya peradaban masa lalu. Selain itu juga ditemukan bangunan seperti benteng yang berada di tengah area pesawahan warga.
“Saya sudah instruksikan kepada para RT dan RW agar menyimpan dan mendokumentasikan setiap temuan artefak, karena ini adalah bukti penting sejarah desa kita,” ungkap Agus.
Guna pelestarian berbagai barang di masa lampau, Agus berencana mengalihfungsikan gedung balai desa lama menjadi museum desa. “Kebetulan balai desa sudah pindah ke lokasi baru. Gedung lama akan kami jadikan museum agar generasi muda bisa belajar langsung dari peninggalan leluhur,” pungkasnya. (*)