KabarBaik.co – Beragam kata sumpah serapah serta peringatan terpampang jelas di depan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mahdiy, Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Salah satunya ‘tidak ada kata damai untuk tindak asusila‘.
Ungkapan-ungkapan ini merupakan kemarahan warga setempat atas adanya dugaan perkara pencabulan terhadap seorang santriwati yang dilakukan oleh Pengasuh Ponpes Al Mahdiy, Hidayatullah Fuad Basyaiban.
Warga setempat bahkan meminta agar ponpes yang sudah beroperasi sejak 2018 dan tanpa memiliki surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) itu untuk ditutup. Dugaan asusila ini sudah masuk ranah hukum, karena orang tua terduga korban melaporkannya ke Polresta Sidoarjo.
Menanggapi hal ini, Hidayatullah Fuad Basyaiban atau dipanggil Buya Fuad, membantah secara tegas adanya peristiwa yang dituduhkan itu. Ia mengatakan tidak ada tindakan asusila pada santrinya. Ia merasa masyarakat terhasut berita bohong yang beredar.
Buya Fuad menceritakan, jika santrinya berasal dari berbagai macam latar belakang. Ada yang ingin belajar agama, ada juga yang nakal sehingga dipondokkan agar lebih baik. Ia pun mengutarakan jika sempat beberapa kali memergoki santri dan santriwatinya menjalin hubungan asmara di dalam pondok.
Ia juga kerap mendapati laporan dari sesama santri adanya upaya seorang santri yang menyeberang ke area santriwati atau sebaliknya menggunakan jalur yang tak semestinya. Seperti melalui celah bangunan, maupun tangga yang belum jadi, bahkan mengganti gembok yang sudah dipasang sebagai pengaman pembatas.
“Berkali-kali kami tegur dan memberi sanksi ke mereka. Tetapi tetap saja terulang,” katanya saat ditemui di dalam Ponpes Al Mahdiy, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Minggu (23/6).
Salah satu santriwati yang dipergokinya adalah anak pelapor. Ia tak mengetahui bahwasanya anak didiknya itu beberapa kali bergonta-ganti pacar, bahkan sampai mencucikan baju pasangannya.
Sebagai pengasuh, berulang kali Buya Fuad menasihati santriwati itu. Hanya saja tindakan yang sama masih berulang.
“Sampai suatu kali kami menegur santriwati itu. Lalu dia pulang dan menceritakan ke orang tuanya cerita yang berkembang saat ini. Sehingga masyarakat sebagian sudah terprovokasi dengan cerita itu,” bebernya.
“Jadi tidak pernah ada (peristiwa, red) pencabulan atau tindakan asusila dari saya kepada santri,” tutupnya secara tegas. (*)