Dipaksa Beli Makanan dan Miras, Gelandangan Ini Balas dengan 18 Tusukan Mematikan

oleh -714 Dilihat
POLRES NGANJUK
Kapolres Nganjuk AKBP Henri Noveri Santoso dalam jumpa pers ungkap kasus pembunuhan, Kamis (12/6). (Foto Polres Nganjuk)

KabarBaik.co- Setelah sempat buron selama tujuh hari, misteri pembunuhan sadis terhadap seorang pria asal Magetan akhirnya menemui titik terang. Pelaku berinisial AS, 70, seorang tunawisma yang tinggal di bawah jembatan, ditangkap tim Satreskrim Polres Nganjuk saat berjalan kaki di Jalan Yos Sudarso, Ngawi.

Korban pembunuhan sadis itu adalah Suciptom, 55, warga Desa Rejomulyo, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan. Ia ditemukan tak bernyawa dengan 18 luka tusuk di tubuhnya. Jenazah korban ditemukan dua pemancing pada Rabu (4/6) sore, tergeletak di bawah jembatan dalam kondisi mengenaskan.

Menurut Kapolres Nganjuk AKBP Henri Noveri Santoso, pembunuhan ini dilatarbelakangi oleh dendam yang sudah lama dipendam pelaku. AS merasa selama ini menjadi korban tekanan psikologis dan fisik dari Sucipto. Korban mengaku sering dipaksa membelikan makanan dan minuman keras (miras), bahkan diancam akan dipukuli jika menolak.

“Pelaku merasa sakit hati dan tertekan dengan perlakuan korban. Ia tinggal di bawah jembatan yang sama dengan korban, dan konflik antara keduanya sudah terjadi sejak lama,” ungkap AKBP Henri dalam konferensi pers di Mapolres Nganjuk, Kamis (12/6).

Puncak emosi itu meledak pada hari kejadian. Dalam pengakuannya, AS mengaku nekat menikam Sucipto berkali-kali menggunakan dua bilah pisau yang sebelumnya ia simpan. Serangan itu menyebabkan korban meninggal di tempat.

“Pelaku menusuk korban berulang kali hingga meninggal dunia. Kami amankan dua pisau, satu kaos cokelat, dan satu celana hitam milik korban sebagai barang bukti,” tambah Kapolres.

AS yang sehari-hari hidup sebagai gelandangan di bawah jembatan tersebut, kini harus menghadapi jerat hukum. Ia dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan unsur kesengajaan, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Tragedi ini menggambarkan potret gelap dari konflik sosial yang tak terlihat di balik kehidupan jalanan. Di balik kemiskinan dan keterasingan, dendam bisa tumbuh dalam diam—dan ketika meledak, nyawa menjadi taruhannya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi


No More Posts Available.

No more pages to load.