KabarBaik.co – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jember segera memanggil tiga Rumah Sakit Daerah (RSD) terkait tunggakan utang program Jaminan Kesehatan Rakyat Jember (J-Keren).
Nilai utang yang mencapai ratusan miliar rupiah ini dikhawatirkan melumpuhkan layanan kesehatan vital.
Program J-Keren, warisan dari era Bupati sebelumnya, kini menjadi beban fiskal yang sangat berat.
Menurut Ketua DPRD Jember Ahmad Halim, utang sebesar Rp 214 miliar tersebut menekan ketat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jember, di tengah kondisi keuangan daerah yang sedang sulit.
“Warisan utang ini sangat memberatkan. APBD kita sedang mengalami pengurangan secara nasional. Namun, kami akan segera mencari jalan keluar dan memastikan hal serupa tidak terulang di masa depan,” ujar Halim, Jumat (24/10).
Oleh sebab itu pihaknya akan memanggil 3 RSD untuk mempertanyakan persoalan tunggakan tersebut.
Utang J-Keren yang semula dirancang untuk memastikan seluruh masyarakat Jember mendapat pelayanan kesehatan tanpa hambatan biaya.
“Di situ RSD ditugaskan memberi layanan maksimal dengan pembiayaan dari APBD dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Namun, seiring waktu, pembayaran dari Dinas Kesehatan tersendat, menciptakan defisit akut di rumah sakit,” jelasnya.
Dari tiga RSD yang terdampak, RSD dr. Soebandi menanggung porsi utang terbesar yang mencapai sekitar Rp 109 miliar.
Rinciannya, piutang pada 2022 tercatat Rp 35 miliar, 2023 sebesar Rp 35 miliar, dan melonjak tajam menjadi Rp 76 miliar pada 2024.
Sementara itu Direktur RSD dr. Soebandi, I Nyoman Semita mengungkapkan, krisis keuangan ini menimbulkan dampak serius.
“Kami menghadapi ancaman terhadap keselamatan pasien, risiko hukum bagi tenaga medis, hingga penurunan kualitas pelayanan di bawah standar,” jelas Nyoman.
Pihaknya menyebut, keterlambatan pembayaran telah mengganggu stok obat dan bahan habis pakai. Tunggakan pembayaran ke rekanan farmasi bahkan telah mencapai lebih dari Rp 48 miliar, menyebabkan pihak rekanan menunda pengiriman.
Kondisi ini sangat krusial, mengingat RSD dr. Soebandi adalah rumah sakit rujukan utama untuk tujuh kabupaten/kota di Jawa Timur.
“Gangguan layanan di rumah sakit ini dikhawatirkan akan merusak citra Jember sebagai pusat layanan kesehatan regional,” ungkapnya.
Meski menghadapi tantangan berat, manajemen RSD dr. Soebandi di bawah Nyoman terus berupaya memperbaiki kondisi keuangan.
“Pendapatan rumah sakit berhasil ditingkatkan dari Rp 16–Rp 18 miliar menjadi Rp 26 miliar per bulan, atau naik sekitar 44 persen,” pungkasnya. (*)






