KabarBaik.co – Upaya mempercepat keterlibatan dunia usaha Jawa Timur dalam praktik bisnis rendah karbon mendapat pijakan baru melalui Forum Dialog dan Lokakarya Interaktif bertajuk Mendorong Aksi Nyata Bisnis Menuju Transisi Rendah Karbon di Jawa Timur.
Kegiatan ini digelar Kadin Net Zero Hub bersama Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dan Kadin Jawa Timur di Whiz Luxe Hotel Spazio, Surabaya, Selasa (25/9). Acara tersebut menjadi bagian dari rangkaian Kadin Net Zero Hub Roadshow yang sebelumnya telah berlangsung di sejumlah provinsi lain.
Chairman Kadin Net Zero Hub, Anthony Utomo, menekankan pentingnya keterlibatan aktif pelaku usaha dalam pengurangan emisi.
“Ini bukan sekadar kebutuhan teknis, melainkan strategi agar perusahaan mampu bertahan, tumbuh, dan tetap selaras dengan regulasi serta tuntutan global,” ujarnya.
Jawa Timur, yang menyumbang hampir 15 persen PDB nasional, dinilai strategis dalam agenda transisi rendah karbon. Sebagai pusat manufaktur, perdagangan, dan ekspor, provinsi ini berperan besar dalam pencapaian target iklim nasional menuju net zero emission.
Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, menyebut transisi menuju ekonomi hijau adalah keniscayaan. Program GESIT, katanya, menjadi salah satu langkah konkret dalam menyiapkan SDM menghadapi era transisi.
“Kami berkomitmen agar transformasi ini tidak berhenti pada wacana, tetapi benar-benar terimplementasi di lapangan,” tegas Adik.
Ia mencontohkan pengalaman sebuah perusahaan manufaktur kayu di Jawa Timur. Produk mereka sempat ditolak pasar Eropa karena tidak memiliki sertifikasi hijau. Perusahaan itu kemudian berinvestasi dalam energi terbarukan dan menerapkan ekonomi sirkular. Hasilnya, mereka bukan hanya mempertahankan pasar, tetapi juga meraih kontrak baru bernilai lebih tinggi.
“Kisah ini bukti bahwa transisi rendah karbon bukan tren, tapi kebutuhan bisnis agar tetap relevan dan kompetitif,” ujarnya.
Meski demikian, Adik mengakui tantangan terbesar ada pada UMKM, mulai keterbatasan modal, teknologi, hingga kapasitas SDM. Namun, ia menegaskan bahwa peluang jauh lebih besar menanti, seperti akses ke pasar global untuk produk ramah lingkungan, insentif pemerintah, pendanaan berkelanjutan, hingga penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan.
Untuk itu, Kadin Jatim menyiapkan tiga langkah utama. Pertama, mendorong transformasi bisnis hijau melalui edukasi, forum, dan lokakarya. Kedua, menyediakan ruang kolaborasi untuk mempermudah akses teknologi dan pendanaan hijau. Ketiga, mengawal kebijakan transisi energi agar selaras dengan agenda nasional net zero emission.
Dukungan juga datang dari pemerintah daerah. Ari Basuki, perwakilan Bappeda Jatim, menyatakan komitmen pemerintah memperkuat industrialisasi kompetitif sekaligus ramah lingkungan melalui pengembangan SDM, insentif, dan promosi industri hijau.
“Forum ini bukan sekadar pertemuan, tapi langkah nyata menuju transformasi industri rendah karbon yang inklusif dan berkelanjutan,” tegasnya.
Dalam sesi panel, Aloysius Wiratmo dari IBCSD membahas strategi dekarbonisasi sektor industri, sementara Hendri Yulius Wijaya, konsultan ESG, memaparkan metode inventarisasi emisi sebagai dasar strategi keberlanjutan perusahaan.
Pengalaman lapangan turut dibagikan Muhammad Reza dari WRI Indonesia. Ia menuturkan bagaimana sejumlah perusahaan di Tanah Air berhasil melakukan transformasi meski terbatas modal dan teknologi, asalkan didukung komitmen kuat.
Kegiatan ditutup dengan lokakarya teknis, di mana peserta memetakan sumber emisi di perusahaan masing-masing. Dari sesi itu lahir berbagai solusi, mulai efisiensi energi, elektrifikasi, hingga penggunaan energi terbarukan.
Forum ini menegaskan pentingnya aksi kolektif dunia usaha Jatim. Tidak cukup hanya memahami konsep dekarbonisasi, perusahaan dituntut menyusun rencana aksi terukur agar pertumbuhan ekonomi hijau yang inklusif dapat terwujud.
“Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah kecil. Forum ini adalah langkah kecil itu, yang akan menentukan masa depan Jawa Timur yang lebih hijau, sehat, dan sejahtera bagi generasi mendatang.” pungkas Adik Dwi Putranto.







