Evaluasi Jadwal Program MBG: Sudah Sarapan? Upacara Bendera Dilarang Pingsan

oleh -521 Dilihat
BOIMIN

OLEH: BOIMIN PhD*)

Ada yang pernah pingsan saat upacara bendera hari Senin?

Kehebohan terjadi, ketika ada siswa pingsan saat upacara bendera. Kekhidmatan upacara seketika terganggu. Para siswa biasanya saling berbisik lirih mencari tahu siapa dan kenapa pingsan. Beberapa siswa pun berinisiatif menolong, dan membawa temannya yang pingsan ke Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Itu dulu, pengalaman penulis ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dulu, ketika program Makan Bergizi Gratis (MBG) belum ada. Setelah ada program MBG, apakah anak sekolah pingsan ketika upacara bendera masih akan tetap ada?

Bapak-Ibu Guru Wajib Tahu: Belajar dari Kyushoku, Program Makan Gratis Bukan Sekadar Kenyang

Seharusnya itu tidak terjadi lagi. Terutama, jika program MBG juga dilakukan di pagi hari. Karena, penyebab utama peserta upacara pingsan adalah tidak sarapan.

Namun sampai saat ini, ketika ada anak pingsan dan dibawa ke UKS obatnya (tetap) satu. Tidak lain, yaitu minyak kayu putih. Padahal ada yang lebih mujarab, betul, sarapan.

Mereka yang pingsan itu, biasanya menunjukkan gejala masuk angin. Sebabnya, sejak pagi perut mereka kosong dan “dijemur” di bawah terik matahari.

Kronologinya, seorang siswa berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Sesampai di sekolah ia ikut upacara bendera. Angin mulai merengsek masuk ke perut yang kosong. Lalu, mulut pun sering angop (menguap).

Karena tidak ada perlawanan berarti akibat perut kosong, angin pun terus merengsek memperluas kekuasaannya di dalam perut. Akhirnya perut berhasil dikuasai, perut kembung pun tidak bisa dihindari.

Perut yang sedang kembung pun mengirim sinyal bahaya ke organ lain. Sinyal itu pun diterima. Keringat dingin bercucuran di seluruh tubuh, mata berkunang-kunang, dan kaki pun ikut bergetar. Tiba-tiba pandangan gelap dan seketika tubuh jatuh tak sadarkan diri.

Di atas adalah cerita pingsan yang pernah penulis alami sendiri, ketika mengikuti upacara bendera. Berdasarkan pengalaman itu, penulis mencoba membuat tulisan ini. Semoga bisa membantu pemerintah dalam melakukan evaluasi program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Tujuannya, agar anak-anak sekolah bisa mendapatkan sarapan gratis, khususnya di daerah yang jumlah keluarga miskinnya tinggi. Mengenai teknis pelaksanaannya, sepertinya bisa menyesuaikan program MBG. Semoga mendapatkan perhatian.

Mengapa anak-anak sekolah harus sarapan?

Sarapan itu penting, dan sangat berpengaruh dengan kondisi anak ketika sekolah. Itu pula kesimpulan review article mengenai pentingnya sarapan yang diterbitkan tahun 2017: “Breakfast: The most important meal of the day?”. Sang penulis—Charles Spence— menyimpulkan bahwa sarapan memang layak disebut makanan paling penting dalam sehari itu. Ia juga menguraikan alasannya dengan apik, berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan terkait.

Sarapan adalah sumber energi dan nutrisi bagi siswa, sampai datangnya waktu makan siang. Sarapan juga membantu fungsi otak, khususnya kemampuan fokus dan mengingat pelajaran.

Anak yang terbiasa sarapan, cenderung memiliki nilai (hasil ujian, fokus, dan daya ingat yang lebih baik. Menariknya, sarapan ternyata juga mempengaruhi perilaku (behavior) anak: siswa yang biasa sarapan cenderung tidak suka telat dan lebih jarang tidak masuk sekolah.

Selain itu, sarapan  ternyata juga bisa membantu mengurangi resiko obesitas pada anak. Obesitas merupakan salah satu ancaman bagi anak-anak Indonesia. Itu seperti disampaikan Wakil Menteri Kesehataan (Wamenkes) Prof. Dante Saksono Harbuwono dalam acara “Multi-Stakeholders Dialogue” Peringatan hari Obesitas Sedunia Tahun 2024 di Jakarta: satu dari tiga masyarakat Indonesia mengalami obesitas, dan satu dari lima anak Indonesia mengalami kelebihan berat badan.

Penulis yakin Badan Gizi Nasional (BGN) sudah memahami itu, dan sedang melakukan evaluasi pelaksanaan MBG. Semoga hasil evaluasinya sarapan masuk program MBG.

Terakhir, Adelle Davis—seorang ahli nutrisi tahun 1960-an—pernah berujar: “Eat breakfast like a king, lunch like a prince, and dinner like a pauper.” Kata-kata bijak itu relevan dipraktekkan untuk anak-anak sekolah. Anak-anak itu seharusnya bisa makan seperti raja, ketika sarapan. Agar mereka bisa menjadi raja beneran. Minimal “raja upacara bendera,” karena tidak pernah pingsan lagi.

*) BOIMIN, PhD, Direktur Eksekutif Banana Institute: Center for Food and Food for Health & Wellness, Menyelesaikan S3-Ilmu Pangan, University of Massachusetts Amherst, Amerika Serikat

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News



No More Posts Available.

No more pages to load.