Final Indonesia vs Vietnam U-23: Kepala Tegak atau Tertunduk Lagi

oleh -512 Dilihat
TIMNAS U 23
Skuad Garua U-23 di Piala AFF 2025.

KabarBaik.co- Stadion Utama GBK akan meledak Selasa malam, 29 Juli. Stadion itu akan menjadi lautan merah-putih. Puluhan ribu suara akan memekakkan telinga. Semua untuk satu nama: Garuda Muda. Pasti, mereka tidak mau sekadar jadi penonton di panggung sendiri.

Ini final. Ini hidup-mati. Ini soal harga diri bangsa. Lawannya bukan sembarang lawan. Vietnam. Tim yang selama dua edisi terakhir selalu menjadi penguasa Asia Tenggara di level U-23. Juara 2022. Juara 2023. Mereka seperti tidak tersentuh. Indonesia tahu rasanya jadi korban. Tetapi kali ini, rasanya berbeda.

Kadek Arel dan kawan-kawan tidak datang untuk sekadar ikut pesta. Mereka datang untuk merebut panggung. Untuk menulis sejarah di rumah sendiri. Formasi mereka baru. Mental mereka baja. Ada energi yang terasa. Semua karena dukungan dari suporter Merah Putih. Sorak-sorai itu. Teriakan itu. Atmosfer GBK tidak bisa dibeli, bahkan oleh tim dengan disiplin setajam Vietnam sekalipun.

Vietnam tetaplah Vietnam. Tim dengan organisasi rapi, taktik yang disiplin, dan pemain-pemain bermental baja. Di depan ada Nguyen Đình Bac. Penyerang belut. Diberi satu celah kecil saja, bisa menghukum. Mereka begitu percaya diri. Media Vietnam bahkan sudah memprediksi kemenangan. Soha VN menulis bahwa final ini akan sama saja seperti dua edisi sebelumnya. Indonesia hanya “korban”. Mereka yakin skenarionya tidak berubah.

Tapi mereka lupa satu hal. Indonesia berbeda. Ada Jens Raven di depan. Bomber yang sedang panas-panasnya. Tujuh gol sudah dicetak di turnamen ini. Ketajamannya menjadi tumpuan utama. Ada Arkhan Fikri di lini tengah, pemain kreatif yang bisa membuat bola bergerak lebih cepat dari pikiran lawan. Ada kapten Kadek Arel yang siap memimpin pertahanan agar tidak bocor. Indonesia punya energi itu. Energi tuan rumah. Ada juga Hooky Caraka, yang Anda lebih paham siapa dia.

Jalan ke final tidak mudah. Semifinal melawan Thailand adalah drama. 1-1 di waktu normal hingga perpanjangan. Lanjut ke adu penalti. 7-6. Jantung nyaris copot. Thailand tumbang. Media Thailand marah-marah. Mereka menyebut permainan timnya lambat, tidak terorganisir, minim ancaman. Bahkan ada yang menulis, mimpi Thailand ke Piala Dunia hanyalah retorika belaka. Kekalahan dari Indonesia jadi pukulan berat.

Sementara Vietnam punya jalan yang lebih mudah. Hanya tiga laga menuju final. Stamina mereka lebih terjaga. Mereka punya waktu pemulihan lebih panjang. Dari sudut fisik, mungkin mereka unggul. Tetapi sepak bola bukan sekadar fisik. Sepak bola juga soal emosi. Dan di GBK nanti, emosi itu milik Indonesia.

Prediksi? Pertandingan akan ketat sejak menit pertama. Indonesia mungkin akan langsung menekan. Mereka harus memanfaatkan keunggulan postur untuk menguasai duel udara dan bola-bola mati. Set-piece bisa menjadi senjata rahasia. Raven bisa jadi pencetak gol pertama dari open play. Gol kedua? Mungkin dari bola mati, entah tendangan bebas atau sepak pojok. Vietnam pasti melawan. Đình Bac atau Van Tung bisa memanfaatkan kelengahan kecil. Skor 2-1 mungkin cukup realistis. Tapi semua orang tahu, dalam pertandingan final, prediksi hanyalah angka.

Yang jelas, duel di lini tengah akan jadi penentu. Siapa yang bisa mengendalikan tempo, dia akan menang. Vietnam suka bermain sabar. Mereka menunggu momen untuk counter-attack. Indonesia harus cerdik, jangan terbawa arus. Jangan panik jika tidak bisa mencetak gol cepat.

Ini bukan sekadar final. Ini tentang mental. Tentang bagaimana Garuda Muda bisa mengatasi tekanan di kandang sendiri. Tentang bagaimana mereka bisa membalas semua keraguan. Ini juga tentang pesan ke masa depan. Pesan untuk tim senior yang sebentar lagi menghadapi kualifikasi Piala Dunia 2026. Ada Arab Saudi. Ada Irak. Jalan masih panjang. Tapi langkah pertama adalah percaya.

GBK akan jadi saksi. Ribuan doa akan naik ke langit. Semua berharap sejarah lahir malam itu. Garuda Muda juara di rumah sendiri. Panggung ini adalah milik mereka. Mereka tahu, trofi ini bukan hanya untuk catatan statistik. Ini trofi untuk harga diri bangsa. Untuk menegaskan bahwa Indonesia bisa bangkit. Bisa menang di depan publik sendiri.

Selasa malam, semua mata ke Jakarta. Semua telinga mendengar satu suara. Sorakan dari tribun, nyanyian suporter, dan mungkin teriakan lega setelah peluit panjang. Ini bukan sekadar bola. Ini tentang darah, keringat, dan doa. Garuda Muda sudah siap. Vietnam boleh saja yakin. Tetapi atmosfer GBK akan bicara.

Laga ini sekaligus pemanasan untuk penjaga emosi kita semua. Timnas senior sudah menunggu panggung lebih besar. Piala Dunia 2026. Babak keempat kualifikasi zona Asia. Satu grup dengan Arab Saudi. Satu grup dengan Irak. Laga-laga neraka.

Tapi sementara ini, fokus kita ke Garuda Muda. Kita percaya satu hal. Sepak bola adalah tentang momentum. Dan momentum itu sekarang ada di pihak Indonesia. Wani! (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.