OLEH: FAIZ ABDALA*)
PEKAN ini, gelaran Proliga 2024 kembali bergulir. Setelah Jogjakarta, Semarang, dan Palembang, Gresik juga berkesempatan sebagai tuan rumah. Bahkan, menjadi menutup putaran pertama pada 16-19 Mei.. Tim-tim papan atas voli nasional akan bertamu ke Gresik. Di antaranya, Pertamina, BJB Bandung, Popsivo Polwan, Bhayangkara Presisi, hingga LavAni Allo Bank, klub voli yang didirikan Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Tak hanya bertabur bintang para pemain nasional. Ada Rivan Nurmulki, Megawati Hangestri atau Yolla Yuliana. Sejumlah pemain dan pelatih kelas dunia pun mampir ke Gresik. Sebut saja, Nicolas Vives, Danai Sriwatchara, sampai Giovana Milana. Tentu, hotel-hotel di Gresik akan banyak diparkiri bus-bus kontestan Proliga tersebut. Selain itu, para penggemar voli dari berbagai daerah di Jawa Timur, bahkan luar Jawa Timur, akan turut berbondong-bondong hadir. Riuh menyaksikan laga seru Proliga seri Gresik yang diselenggarakan di GOR Petrokimia.
Penting untuk dicatat, cabang voli tanah air dalam tiga tahun ini menunjukkan progres prestasi berarti. SEA Games 2023, misalnya. Tim Indonesia sukses meraih medali emas. Tanpa kekalahan satu set pun. Selalu melumat lawan dengan skor 3-0. Catatan itu mulai dari babak awal grup sampai final. Level tim Indonesia sudah bukan lagi Asean.
Kini, Indonesia terus merangkak. Menaikkan peringkat di Asia dan dunia. Data FIVB (Federasi Bola Voli Internasional), Indonesia berada di peringkat 52. Adapun di level Asia, Indonesia menduduki urutan 9 dan tengah serius menyusun roadmap untuk bisa bersaing menjadi lima besar negara Asia. Kita pun perlu berbangga dan berbesar hati.
Hal itulah yang membuat antusiasme voli kian besar. Semakin banyak orang mau datang ke GOR, beli tiket, dan menyaksikan pertandingan resmi Proliga dan Livoli. Dukungan publik itu juga dibarengi dengan baiknya pembinaan dan regenerasi yang dilakukan klub-klub. Banyak pemain muda bermunculan. Bahkan, beberapa pemain di bawah usia 20 tahun, sudah memperkuat timnas senior. Gayung bersambut, pemerintah pun makin menunjukkan dukungan berarti dengan membangun Indonesia Arena. Rencananya, FIVB Mens Championship atau Piala Dunia Bola Voli 2025 akan diselenggarakan di venue tersebut.
***
Selama ini, Gresik kerap menjadi tujuan atau tuan rumah seri Proliga. Karena itu, mesti benar-benar menangkap peluang sebagai sebuah proyeksi pembangunan daya saing daerah. Tak banyak daerah yang memiliki kesempatan emas. Menjadi penyelenggara event mayor seperti Proliga. Rata-rata adalah ibukota provinsi, seperti Jogjakarta, Semarang, Bandung, dan juga Palembang. Bahkan, dibanding Kota Surabaya sekalipun, Gresik terbilang lebih akrab dengan gelaran tuan rumah Proliga.
Memang, Gresik sangat beruntung dan diuntungkan. Salah satu magnetnya tidak lain keberadaan klub voli Petrokimia, yang berdomisili di Gresik. Juga, klub-klub besar lain yang berhome base dengan Gresik, seperti Samator dan Bank Jatim. Klub-klub tersebut merupakan representasi Jawa Timur dalam konstelasi ajang kompetisi voli nasional. Nah, hal ini yang perlu dilihat Gresik untuk membangun infrastruktur daerah guna mengagregasi potensi sebagai salah satu episentrum voli nasional.
Maka, pada saat pemerintah pusat telah memiliki Indonesia Arena, tentu sangat menarik dan linier bila menginspirasi pembangunan Gresik Arena. Mungkin tak sebesar Indonesia Arena dengan kapasitas 16 ribu orang. Namun, Gresik Arena itu setidaknya memiliki unsur futuristik. Kekinian yang Instagramable. Juga, dilengkapi fasilitas modern seperti jumbotron berbentuk LED besar di langit-langit tengah lapangan, telescopic tribune, tribun single seat, atau bahkan skybox. Rasanya, kalau itu terwujud, tentu menjadi satu nilai plus. Keunggulan Gresik Arena sebagai indoor multifunction stadium yang representatif dan dimiliki pemerintah daerah.
Sejauh ini, beberapa daerah ibukota provinsi telah memiliki GOR representatif. Sering dijadikan tuan rumah event-event nasional. Tidak terkecuali voli. Sebut saja, GOR Jalak Harupat Bandung, GOR Jatidiri Semarang, GOR Sritex Solo, atau GOR Amongrogo Jogja. Sementara untuk Jawa Timur, beberapa kali kompetisi Livoli ditempatkan di GOR Ki Mageti Magetan dan GOR Joyoboyo Kediri.
Diharapkan, Gresik Arena akan menjadi pioneer proyeksi daya saing daerah melalui sport tourism. Yakni, bagaimana olahraga menjadi faktor untuk mengeksplorasi potensi kunjungan dan keunggulan daerah. Baik dalam bentuk hard atau soft sport tourism. Sport tourism perlu dilihat sebagai pilar untuk memajukan daya saing daerah. Di samping reputasi melekat sebagai kota santri dan industri.
Akan banyak dampak turunan ketika sebuah daerah menjadi favorit untuk ditempati event-event mayor, seperti Proliga, Livoli, Porprov, atau PON. Bahkan, bila Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian Games atau event-event indoor internasional, Gresik akan menjadi prioritas ketika sudah memiliki fasilitas indoor multifunction stadium yang modern. Terlebih didukung dengan letak strategis Gresik bertetangga dengan ibukota provinsi, yakni Kota Surabaya.
Soal lokasi, mungkin dapat dipertimbangkan untuk dibangun di wilayah selatan. Tentu, tujuannya adalah pemerataan dan membuka area produktif. Terlebih sudah dibangun akses tol penghubung kota dengan kawasan selatan. Atau, bisa juga di wilayah utara. Misal, di sekitat Alun-alun Sidayu. Dengan demikian, kelak bisa mendukung ruang ekosistem wisata-wisata desa dan proyeksi-proyeksi lain di wilayah utara. Bahkan, akan sangat mungkin berimplikasi pada terbentuknya soft sport tourism baru, seperti hiking, outbond, dan jeep adventure di hutan Panceng, misalnya.
Penting diingat juga, Gresik Arena nantinya bisa dimanfaatkan untuk konvensi dan konser musik, selain cabang-cabang olahraga indoor lainnya. Artinya, Gresik Arena dapat dilihat sebagai upaya daerah untuk membangun ruang interaksi publik, meeting point. Khususnya anak-anak muda untuk connecting idea, berdiskusi, dan melahirkan ide-ide kreatif kewirausahaan dan pemberdayaan sosial.
Dengan modal antusiasisme, nilai, potensi kuat hingga peluang besar tersebut, kini untuk mulai melangkah seperti kerap disampaikan Dahlan Iskan, persoalannya bukan pada bisa atau tidak bisa, namun mau atau tidak mau. Semoga! (*)
—
*) FAIZ ABDALA, mahasiswa program doktoral tinggal di Panceng, Gresik.