KabarBaik.co– Angka jemaah haji tahun 2025 mencatat rekor signifikan: 1,67 juta umat Muslim. Menurut data resmi Kementerian Haji Arab Saudi pada Kamis (6/6), ini adalah jumlah terendah dalam 30 tahun terakhir, kecuali periode pandemi Covid-19. Perbandingan yang mencolok terlihat dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,83 juta jemaah, atau rata-rata pra-pandemi yang secara rutin melampaui 2 juta.
Penurunan sebanyak 160 ribu jemaah dibandingkan tahun lalu ini menimbulkan pertanyaan besar. Meskipun belum ada penjelasan resmi, beberapa faktor utama diduga kuat menjadi pemicunya:
- Inflasi Global: Kenaikan harga barang dan jasa secara global secara signifikan memengaruhi biaya perjalanan dan akomodasi haji, menjadikannya tidak terjangkau bagi sebagian besar calon jemaah.
- Pelemahan Mata Uang: Di banyak negara, nilai mata uang lokal melemah terhadap Dolar AS, yang secara langsung meningkatkan biaya ibadah haji yang harus dibayarkan dalam mata uang asing.
- Cuaca Ekstrem: Peningkatan suhu di Arab Saudi selama musim haji menjadi kekhawatiran serius, yang bisa menghambat jemaah secara fisik
- Aturan Masuk yang Lebih Ketat: Proses penyaringan dan persyaratan masuk ke Arab Saudi mungkin menjadi lebih ketat, mempersulit beberapa calon jemaah.
Angka 1,67 juta ini sangat kontras dengan puncaknya pada tahun 2012, di mana jemaah haji mencapai lebih dari 3,16 juta orang. Setelah pembatasan ketat selama pandemi (2020-2022), haji 2023 menjadi momentum pertama tanpa pembatasan. Namun, tren yang diharapkan kembali normal ternyata tidak terjadi di tahun 2025.
badah haji, sebagai salah satu dari lima rukun Islam, adalah kewajiban bagi umat Muslim yang mampu. Namun, definisi “mampu” kini tampaknya semakin diuji oleh faktor ekonomi dan lingkungan.
Pada Kamis (5/6), jemaah haji menunaikan wukuf di Padang Arafah, sebuah ritual inti di tempat bersejarah Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhirnya. Kemudian pada Jumat (6/6), mereka bergeser ke Mina untuk melakukan lempar jumrah, melambangkan penolakan terhadap godaan setan. (*)