KabarBaik.co – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat inflasi sebesar 0,43 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Juni 2025. Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan menjadi penyebab utama, terutama cabai rawit, beras, bawang merah, tomat, hingga telur ayam ras dan perhiasan emas.
“Inflasi bulan ke bulan Jawa Timur pada Juni 2025 sebesar 0,43 persen,” ujar Kepala BPS Jawa Timur, Zulkipli, di Surabaya, Rabu (2/7).
Komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah cabai rawit yang menyumbang 0,10 persen, diikuti beras sebesar 0,06 persen, serta bawang merah dan tomat masing-masing sebesar 0,04 persen. Telur ayam ras berkontribusi sebesar 0,03 persen, sedangkan kacang panjang dan cabai merah masing-masing menyumbang 0,02 persen. Adapun daging ayam ras, terong, dan jagung manis masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,01 persen.
Zulkipli menjelaskan, kenaikan harga beras terjadi karena musim panen raya telah usai. Sementara harga cabai rawit dan cabai merah kembali naik setelah sebelumnya sempat turun selama satu hingga dua bulan.
“Khusus tomat, kenaikan harga dipicu oleh curah hujan tinggi di beberapa wilayah yang menyebabkan tanaman rentan terserang penyakit,” jelasnya.
Tak hanya faktor cuaca, terganggunya distribusi bahan pangan akibat aksi demonstrasi menolak aturan Over Dimension Over Loading (ODOL) di akhir Juni juga ikut mendorong kenaikan harga di beberapa wilayah Jawa Timur. Gangguan distribusi ini berdampak pada keterbatasan stok pangan di pasar.
Secara kumulatif, inflasi tahun kalender (year-to-date/ytd) Juni 2025 terhadap Desember 2024 tercatat sebesar 1,32 persen. Sementara inflasi tahunan (year-on-year/yoy) Juni 2025 terhadap Juni 2024 mencapai 2,02 persen.
Dari 11 kabupaten/kota di Jawa Timur yang diamati BPS, seluruhnya mengalami inflasi. Banyuwangi mencatat inflasi tertinggi sebesar 0,63 persen, disusul Sumenep 0,62 persen, dan Bojonegoro 0,57 persen.
Adapun rincian inflasi kabupaten/kota lainnya adalah Gresik dan Jember masing-masing 0,48 persen, Kota Kediri 0,46 persen, Kota Malang 0,38 persen, Probolinggo 0,37 persen, Surabaya 0,36 persen, Kota Madiun 0,33 persen, dan Tulungagung 0,30 persen.
