KabarBaik.co – Memasuki masa awal panen tembakau, sejumlah petani di Kabupaten Bojonegoro mengeluhkan harga jual daun tembakau yang anjlok drastis. Selain harga yang rendah, musim kemarau basah juga menyebabkan banyak tanaman tembakau mengalami gagal panen.
Kondisi ini salah satunya dirasakan para petani di Desa Drokilo, Kecamatan Kedungadem. Suji, petani tembakau setempat, mengatakan bahwa harga daun tembakau bagian bawah tahun ini hanya berkisar Rp 1.500 per kilogram, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2.500 per kilogram.
“Di tahun ini jelek. Harganya tidak seperti tahun lalu. Tahun kemarin daun bawah bisa Rp 2.500 per kilo, sekarang cuma Rp 1.500,” ujar Suji, Rabu (16/7).
Tak hanya itu, harga tembakau rajangan juga mengalami penurunan tajam. Tahun lalu, tembakau rajang bisa dijual hingga Rp 50 ribu per kilogram. Sementara, pada tahun ini hanya berada di kisaran Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram.
Menurut Suji, buruknya kualitas tembakau tahun ini disebabkan oleh curah hujan yang masih tinggi meski sudah memasuki musim kemarau. Dampaknya, sebagian besar petani di Kedungadem mengalami penurunan hasil panen hingga 40 persen dibanding tahun lalu. “Untuk hasil panen di daerah saya, Kedungadem, turun sekitar 40 persen,” tambahnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Sumber Daya Manusia dan Pembiayaan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro, Zainul Ma’arif, menyatakan bahwa pihaknya sejak awal tahun sudah memberikan sosialisasi kepada petani terkait potensi musim kemarau basah pada 2025.
“Melalui petugas penyuluh lapangan (PPL), kami sudah sosialisasikan bahwa tahun ini adalah musim kemarau basah. Maka dari itu, kami tidak merekomendasikan petani untuk menanam tembakau,” jelasnya.
Selain sosialisasi, DKPP juga menyalurkan sejumlah bantuan untuk meringankan beban petani tembakau. Bantuan tersebut antara lain berupa pupuk NPK sebanyak 525 ton, pupuk KNO sebanyak 65 ton, serta mesin perajang tembakau. (*)