Harga Telur Anjlok dan Biaya Pakan Naik Bikin Peternak di Lamongan Menjerit

oleh -2266 Dilihat
Aktivitas peternak ayam petelur di Kecamatan Mantup, Lamongan.

LAMONGAN – Rendah harga telur di pasaran, disusul naiknya biaya pakan dikeluhkan peternak ayam petelur di Kabupaten Lamongan.

Di tingkat peternak, harga telur di kandang hanya berkosar Rp 22 ribu per kilogram. Sedang di pasaran, harga per kilogram bisa mencapai Rp 24 ribu sampai Rp 25 ribu.

Harga telur itu tidak sebanding dengan naiknya harga pakan ternak untuk ayam petelur yang tidak terbendung.

Kondisi ini membuat para peternak di Kabupaten Lamongan mengeluh. Jika tidak segera mendapat solusi, mereka terancam gulung tikar.

Baca juga:  Gubernur Khofifah Dukung Program Unggulan Penghafal Al Quran di Lamongan

Salah satu peternak skala besar Hardy mengatakan, naiknya harga pakan konsentrat kini ada di angka Rp 490 ribu per sak.

Tingginya harga pakan ini membuatnya terus merugi. Hardy bahkan mengaku buntung di awal tahun 2024.

“Kami sebagai peternak, buntung. Karena harga pakan, jagung naik tinggi,” keluhnya.

Hardi menyebutkan, harga jagung sebelumnya Rp 5.500 per kilogram, kini naik menjadi Rp 7,500 hingga Rp 8.000 per kilogram. Dedak dari Rp 4.200 per kilogram naik menjadi Rp 5.000 per kilogram.

Baca juga:  43 Desa di Lamongan Terdampak Proyek Jalan Tol Gresik - Tuban, Ini Rinciannya

“Kalau seperti ini terus biaya produksi tinggi, kami rugi,” tandasnya.

Sementara rendahnya harga telur, membuat peternak tidak berani menambah ayam.

Akibatnya, banyak peternak yang tidak mengisi kandang dengan ayam baru, hanya melanjutkan yang tersisa.

Tidak hanya dirinya, Hardi menyebut banyak peternak lain yang terpaksa hanya bertahan dengan ayam yang ada di kandang.

Apa yang dirasakan peternak, lanjut Hardi, sudah berlangsung selama dua bulan ini.
Sedang harga telur di kandang, idealnya Rp 24 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram.

Baca juga:  Wamentan Apresiasi Lamongan sebagai Lumbung Pangan Nasional

“Jika bisa menyentuh harga sebesar itu, barulah peternak ada untung,” Hardi menuturkan.

Jika ingin sedikit mengurangi biaya, peternak harus menyiasati dengan beli pakan jadi dari pabrikan, siap saji, ada selisih harga.

Ia berharap kepada pemerintah untuk hadir mengendalikan harga pakan. Agar para peternak tidak gulung tikar.

“Itu harapan kami dan teman-teman sebagai peternak ayam petelur seperti di Sugio, Mantup, Tikung, Deket, Solokuro, Brondong dan Paciran,” tutupnya.(kb04)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.