Industri Otomotif Tertekan Geopolitik dan Lesunya Daya Beli, Gaikindo Soroti Ancaman Global

oleh -268 Dilihat
WhatsApp Image 2025 07 06 at 11.20.40
Industri otomotif nasional kembali diuji dengan ketegangan geopolitik global di tengah lesunya daya beli masyarakat dalam negeri. (Foto: Istimewa)

KabarBaik.co – Industri otomotif nasional kembali diuji. Ketegangan geopolitik global, khususnya konflik antara Israel dan Iran, kini menambah beban di tengah lesunya daya beli masyarakat dalam negeri. Lonjakan harga bahan bakar dan potensi gangguan rantai pasok global juga membayangi.

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak lanjutan dari konflik Timur Tengah yang bisa memengaruhi jalur logistik global. Menurutnya, kawasan tersebut merupakan salah satu pasar penting bagi ekspor otomotif Indonesia.

“Muncul isu-isu geopolitik baru, seperti perang Israel dengan Iran. Ini bisa mengganggu jalur-jalur logistik dan berpotensi meningkatkan harga bahan bakar,” ujarnya, Minggu (6/7).

Kukuh menyebutkan bahwa industri otomotif tanah air saat ini sedang berjuang untuk bangkit dari tekanan ekonomi yang menyebabkan penurunan produksi. Jika sebelumnya produksi kendaraan bisa mencapai 1 juta unit per tahun, kini hanya sekitar 865 ribu unit.

“Alhamdulillah, pada bulan Mei kemarin ada sedikit perbaikan, tapi secara keseluruhan masih di bawah rata-rata bulanan tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya.

Meski ekspor otomotif Indonesia telah menembus pasar di 93 negara, Kukuh menilai ketegangan di Timur Tengah dan Afrika tetap memberi dampak signifikan. “Pasar Timur Tengah dan Afrika cukup lumayan kontribusinya. Meskipun bukan pasar utama, dampaknya tetap terasa,” ucapnya.

Kukuh menekankan pentingnya langkah-langkah antisipatif, baik dari pemerintah maupun pelaku industri, untuk menghadapi dinamika global ini. Salah satunya dengan membuka potensi pasar alternatif agar ekspor tetap stabil.

Ia juga mengingatkan soal ancaman lebih besar jika konflik berdampak pada jalur vital dunia seperti Selat Hormuz. Jalur ini sangat krusial dalam distribusi minyak global.

“Kalau Selat Hormuz sampai ditutup, dampaknya akan sangat besar. Pasokan komponen bisa terganggu, harga minyak melonjak, dan ini akan mempengaruhi biaya logistik serta harga bahan baku secara keseluruhan,” jelas Kukuh.

Di sisi lain, Kukuh menegaskan bahwa pemulihan daya beli masyarakat tetap menjadi kunci. Tanpa itu, industri otomotif akan sulit tumbuh. “Kalau daya beli turun, industri tidak bisa berbuat banyak. Kuncinya adalah pemulihan ekonomi nasional secara menyeluruh,” pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dani
Editor: Hairul Faisal


No More Posts Available.

No more pages to load.