KabarBaik.co – Dinas Kesehatan Sidoarjo menegaskan bahwa edukasi HIV sejak dini merupakan langkah penting untuk melindungi generasi muda dari risiko penularan. Edukasi yang benar sejak remaja diyakini mampu membentuk perilaku sehat dan kesadaran lebih tinggi terhadap pentingnya pencegahan.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, dr. Lakhsmie Herawati Yuwantina mengatakan bahwa edukasi HIV tidak boleh lagi dianggap hal tabu.
“Pengetahuan tentang HIV adalah bagian dari literasi kesehatan yang harus diperkenalkan sejak remaja. Semakin dini mereka memahami risikonya, semakin besar peluang kita menekan kasus baru di masa depan,” ujar Lakhsmie, Selasa (02/12).
Ia menekankan bahwa kelompok usia produktif selama ini paling rentan terpapar HIV. Dengan memperkenalkan edukasi sejak usia sekolah, masyarakat dapat tumbuh dengan pemahaman yang benar dan tidak larut dalam stigma yang salah.
“Kami ingin generasi muda tumbuh dengan rasa empati, bukan ketakutan. Mereka harus tahu bahwa HIV bisa dicegah dan tes itu aman dilakukan,” tambahnya.
Edukasi sejak dini juga memberikan keberanian bagi masyarakat untuk menjalani tes secara rutin. Dengan atmosfer yang lebih terbuka dan informatif, tes HIV dapat menjadi kegiatan yang wajar tanpa rasa malu atau takut. Langkah ini sangat penting untuk mendeteksi dini dan memulai terapi sedini mungkin.
Menurut dr. Lakhsmie, materi edukasi harus mencakup pemahaman mengenai seks aman, penggunaan kondom, hingga pencegahan penularan dari ibu ke anak (PMTCT).
“Tenaga kesehatan tidak bisa bekerja sendiri. Sekolah, pesantren, keluarga, dan komunitas harus bersama-sama menjadi agen edukasi,” ujarnya.
Komitmen Pemkab Sidoarjo juga ditunjukkan dengan ketersediaan layanan HIV–IMS yang sangat komprehensif. Seluruh Puskesmas di Sidoarjo saat ini melayani tes hingga pengobatan HIV dan IMS, sehingga masyarakat di berbagai wilayah dapat mengakses layanan tanpa kesulitan.
Sebanyak 11 rumah sakit telah melayani pemeriksaan hingga perawatan HIV–IMS, sementara 13 rumah sakit lainnya bekerja sama dalam diagnosis HIV. Dukungan dari banyak klinik swasta semakin memperluas jangkauan layanan kepada masyarakat.
Untuk mempermudah akses, Pemkab Sidoarjo juga menyediakan Pos Layanan Kesehatan yang buka setiap hari Senin–Sabtu pukul 14.00–21.00 sebagai pusat edukasi dan konseling. Selain itu, tersedia layanan Alat Suntik Steril di dua Puskesmas, layanan PrEP di 15 fasilitas kesehatan, dan layanan HIV–IMS mobile yang mendatangi komunitas secara langsung.
Masyarakat pun dapat memanfaatkan Link Skrining Mandiri untuk mengetahui tingkat risiko dan langsung terhubung dengan konselor Pos Layanan Kesehatan. Sidoarjo juga ditetapkan sebagai demosite pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak oleh Kementerian Kesehatan.
Dengan penguatan edukasi dan layanan yang semakin mudah diakses, Pemkab Sidoarjo berharap angka infeksi baru, terutama pada kelompok usia produktif, dapat ditekan signifikan.
“Edukasi sejak dini adalah investasi untuk masa depan. Ini bukan sekadar informasi, tetapi perlindungan bagi generasi Sidoarjo,” pungkas dr. Lakhsmie. (*)






