KabarBaik.co – Sore itu, sejumlah pria berdiskusi di bawah rindang pohon di tepi lahan mati yang baru dihidupkan kembali. Mereka merancang strategi cermat demi meraih Rp 2 miliar dari lahan bantuan pemerintah itu.
Berseragam rompi hijau bertuliskan ‘Brigade Pangan’, mereka adalah para petani muda, garda terdepan swasembada pangan.
Sebuah peta terbentang di atas meja kayu sederhana menyatukan sebagian tim Brigade Pangan di Desa Ujung, Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan itu.
Mereka membentuk lingkaran, rapat, berdiskusi serius mengenai strategi untuk mengelola sawah yang ditugaskan negara kepada para pasukan penggarap sawah berteknologi. Semua tahu, keberhasilan ini akan jadi kebanggaan daerah.
Di sekitar mereka, hamparan tanah hitam terbentang luas. Beberapa titik sudah terlihat parit irigasi buatan, tanda awal persiapan tanam di lahan seluas 359 hektare yang disiapkan pemerintah itu.
Kawasan di pelosok Desa Ujung ditetapkan Kementerian Pertanian bersama Pemerintah Kabupaten Tanah Laut sebagai tempat percontohan pengolahan pertanian modern yang diolah Brigade Pangan.
Teknologi jadi senjata utama. Mereka tahu, kerja di sawah modern bukan hanya soal menanam dan memanen. Ada manajemen, data, dan strategi pasar yang tak boleh diabaikan.
Suara tawa sesekali pecah, memecah ketegangan diskusi. Keakraban itu menjadi modal sosial, menguatkan rasa saling percaya di antara mereka sebagai satu tim.
Kehadiran brigade yang dibentuk Kementerian Pertanian dengan pendampingan pemerintah daerah dapat membawa harapan bagi kemajuan ekonomi. Jika berhasil, hasil panen akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan desa secara signifikan.
Rapat kecil itu berakhir dengan kesepakatan jelas. Mereka akan mulai menanam pada lahan yang ditetapkan seluas kurang lebih 230 hektare, bergerak bersamaan dengan bulan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Dengan tekad yang mengakar dan visi yang terarah dan kuat, mereka menyatukan langkah dan pikiran agar mencapai misi Rp 2 miliar sekali masa panen, dengan estimasi pembagian Rp 40 juta per orang.
Membangun kekompakan
Brigade Pangan adalah sekelompok petani yang terdiri dari orang-orang menaruh mimpi besar di setiap jejak langkah di atas lumpur. Mereka pun optimistis dapat mengejar target 230 hektare lahan demi pendapatan Rp 2 miliar.
Manager Brigade Pangan Ujung Jaya Desa Ujung, Ahmad Nawawi, menyatakan angka itu bukan sekadar hitungan di atas kertas, tetapi target utama melalui pengolahan sawah dengan standar penghitungan mengelola sawah di lahan 230 hektare.
Musim tanam empat bulan menjadi panggung perjuangan. Setiap hari mereka akan bekerja bagai arloji tanpa jarum, tak mengenal waktu selain masa tanam dan masa panen.
Di pundak mereka, ada kepercayaan kebersamaan, semangat, dan mesin yang tepat bisa memutar roda tanah lebih cepat, mengelola lumpur untuk menghasilkan bulir-bulir padi.
Nawawi mengatakan timnya telah menerima sejumlah mesin panen modern meliputi rotavator, traktor kecil, hingga pompa air, tapi impian mereka belum lengkap sebelum traktor roda empat benar-benar berdiri di pematang.
Agustus ini menjadi babak pengolahan penuh, tim brigade segera menanam padi di lahan seluas 230 hektare dari 359 hektare yang saat ini masih dalam pembukaan lahan.
Di lahan itu, Bupati Tanah Laut Kalimantan Selatan Rahmat Trianto bersama perwakilan Kementerian Pertanian telah melakukan penanaman secara simbolis. Dengan demikian, Desa Ujung, Bati-Bati telah ditetapkan sebagai kawasan pengolahan pertanian modern.
Penanaman padi di kawasan itu dilakukan dengan menerapkan pertanian modern, bahkan alat drone atau pesawat nirawak dilibatkan untuk menebar benih.
Tak hanya itu, pada September ini mereka segera melakukan penanaman di lahan seluas 230 hektare lainnya. Lahan itu merupakan kawasan optimasi lahan (Oplah).
Muhammad Yusri (35), Anggota Brigade Pangan Ujung Jaya meyakini selain untuk sektor pertanian, kehadiran program Cetak Sawah Rakyat (CSR) itu mampu memutus siklus kebakaran lahan tahunan.
Program CSR baginya tak sekadar proyek, melainkan benteng hijau yang menahan api di musim kemarau, terutama di tanah rawa yang akrab dengan asap.
Ia tahu, musim kemarau basah kali ini memberi jeda dari kobaran api, tapi ancaman itu selalu mengintai, menunggu saat rumput menguning dan angin kering berhembus.
Di balik percakapan ringan bersama Brigade Pangan Jaya, terselip impian Rp 2 miliar yang menjadi target bersama timnya yang dapat terwujud jika pengerjaan lahan berjalan cepat, tepat, dan didukung kerja sama solid.
Meski belum memiliki drone, tim percaya teknologi bantuan pemerintah, seperti mesin tanam dan pompa air, mampu mempercepat langkah menuju panen.
Di mata mereka, angka Rp 40 juta per orang tiap panen akan menjadi imbalan manis yang hanya datang bagi mereka yang tak gentar berjuang di atas lumpur.
Bagi Brigade Pangan, hubungan dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) adalah jalur vital yang menjembatani kebutuhan di lapangan dengan kebijakan di meja perencana.
Arapik (50), petani senior yang sejak usia 12 tahun mengolah sawah yang juga anggota Brigade Pangan Ujung Jaya, kini juga menjadi penggerak mimpi panen Rp 2 miliar.
Dulu, ia menanam padi dengan mengandalkan tenaga tangan di bawah terik matahari. Kini, bersama Brigade Pangan yang mayoritas pemuda yang bisa mengendalikan mesin pertanian modern, ia dapat mempercepat olah tanah dan menebar pupuk dengan optimal.
Bagi Arapik, teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan pintu menuju masa depan pertanian yang lebih efisien, produktif, dan menjanjikan bagi generasi penerus Tanah Laut.
Dukungan pemerintah
Kementerian Pertanian menghadirkan dukungan penuh, mulai dari pembukaan lahan, penyediaan sarana produksi, hingga deretan alat mesin pertanian canggih.
Penanggung Jawab Program Swasembada Pangan wilayah Kalimantan Selatan Mulyono menyebut traktor, rotavator, pompa air, combine harvester, hingga drone penanam benih menjadi senjata utama yang merombak wajah persawahan tradisional menjadi lahan modern berdaya saing tinggi.
Pelatihan manajemen usaha tani juga menjadi bekal tambahan, menanamkan pandangan bahwa pertanian adalah bisnis berkelanjutan.
Para petani muda ini tak hanya menggarap tanah, tetapi juga mengelola modal, merancang strategi panen, hingga memproyeksikan keuntungan. Semua diarahkan untuk membangun pertanian yang tak hanya produktif, tetapi juga menguntungkan.
Targetnya ambisius, lahan yang sebelumnya hanya ditanami sekali setahun diubah menjadi tiga kali tanam. Jika tercapai, ketahanan pangan lokal akan menguat, stok beras nasional akan terjaga, dan peluang ekonomi desa akan tumbuh berlipat.
Brigade Pangan menjadi garda terdepan dengan skala kerja mencapai 200 hektare per tim, termasuk mengoptimalkan lahan rawa yang selama ini jarang tersentuh.
Di medan sawah yang luas itu, teknologi menjadi sekutu setia. Setiap alat yang dioperasikan mempersingkat waktu, mengurangi beban fisik, dan membuka peluang peningkatan produktivitas.
Perekonomian berkelanjutan
Pemerintah Kabupaten Tanah Laut menyadari, masa depan daerahnya tak selamanya bisa bergantung pada tambang. Sumber daya mineral dan batu bara (minerba), sebesar apa pun kontribusinya, suatu saat akan habis. Karena itu, pertanian dan perkebunan ditempatkan sebagai penopang utama perekonomian di masa depan.
Bupati Tanah Laut Kalimantan Selatan Rahmat Trianto menyatakan generasi muda menjadi kunci dalam peralihan ini. Saat ini, Brigade Pangan di wilayah mencapai 83 kelompok, termasuk di Desa Ujung.
Lahan-lahan yang dulunya hanya menghasilkan satu kali panen setahun, kini diarahkan untuk mencapai tiga kali tanam dengan peran Brigade Pangan.
Tanah Laut, telah mendapat bantuan alat mesin pertanian modern sekitar 900 unit seperti traktor, rotavator, hingga drone dari Kementan.
Selain hibah, pendampingan intensif diberikan untuk mengajarkan cara penggunaan, perawatan, dan perbaikan peralatan. Pengetahuan ini menjadi bekal penting agar alat dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang.
Petani milenial memegang peranan vital dalam operasional teknologi ini. Mereka yang terbiasa dengan gawai dan perangkat digital kini mengelola proses bercocok tanam secara presisi.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan program Brigade Swasembada Pangan dengan dukungan anggaran Rp 30 triliun adalah demi mewujudkan swasembada pangan.
Satu brigade beranggotakan 15 orang ditargetkan mengelola 200 hektare lahan padi, total 1,3 juta hektare di 12 provinsi termasuk Kalimantan Selatan.
Pemerintah mendukung program ini melalui hibah alat pertanian, bibit unggul, serta pelatihan dan bimbingan teknis bagi calon anggota Brigade.
Sistem bagi hasil mengatur 30 persen untuk pemilik lahan, 70 persen untuk pengolah lahan atau petani milenial penggarap.
Pemilik lahan diberi kesempatan luas bergabung dalam Brigade Pangan untuk melakukan budidaya padi dengan dukungan penuh pemerintah.
Program Brigade Pangan mengusung misi modernisasi pertanian, menghubungkan generasi muda dengan teknologi dan peluang usaha yang lebih menguntungkan. Petani milenial yang tergabung dalam program ini berpeluang mendapatkan pendapatan hingga Rp15-20 juta per bulan dari budidaya padi.
Brigade Pangan adalah langkah strategis mengelola sawah dengan teknologi modern untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal dan nasional secara berkelanjutan.(ANTARA)