KLB Campak di Sumenep, DPRD Jatim Apresiasi Pemkab dan Minta Dinkes Turun Tangan

oleh -140 Dilihat
IMG 20250823 WA0006
Anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Indriani Yulia Mariska.

KabarBaik.co – Kasus campak di Kabupaten Sumenep terus menjadi perhatian publik. Hingga Agustus 2025, tercatat sebanyak 1.534 kasus campak dengan 12 anak meninggal dunia. Kondisi ini membuat Sumenep ditetapkan dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB).

Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi E DPRD Jawa Timur, Indriani Yulia Mariska, meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim segera turun tangan bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep untuk mempercepat penanganan.

“Kondisi ini cukup mengkhawatirkan. Peran Dinkes Jatim sangat diperlukan untuk menopang langkah yang sudah dilakukan Pemkab Sumenep,” ujar Indriani, Sabtu (23/8).

Politisi PDI Perjuangan ini mengapresiasi langkah Dinas Kesehatan Sumenep yang telah bergerak cepat melakukan imunisasi massal. Menurutnya, langkah tersebut penting untuk mencegah bertambahnya korban sekaligus memutus rantai penyebaran campak.

“Saya mendukung penuh kebijakan Dinkes Sumenep yang melakukan imunisasi massal. Semoga dengan ini rantai penularan bisa segera terputus dan korban tidak lagi bertambah,” tegasnya.

Indriani juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam penanganan KLB campak. Menurutnya, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan warga.

“Ini peringatan bagi kita semua. Semua elemen harus turun tangan, mulai dari Dinkes Jatim, Dinkes Sumenep, hingga masyarakat. Saya berharap masyarakat juga aktif membantu dengan menjaga kesehatan lingkungan di sekitarnya,” ujarnya.

Ia mengingatkan agar masyarakat terus mengedepankan pola hidup sehat, mulai dari menjaga kebersihan lingkungan, mengonsumsi makanan bergizi, hingga melengkapi imunisasi anak.

Sementara itu, upaya penanggulangan KLB campak di Sumenep kini dilakukan melalui imunisasi massal di seluruh puskesmas dengan dukungan lintas sektor. Dinkes Sumenep juga telah mengeluarkan surat edaran ke desa-desa terkait langkah isolasi penderita, serta melakukan kajian epidemiologi untuk memperkuat langkah pencegahan.

Selain itu, microplanning juga disiapkan di puskesmas-puskesmas sebagai bagian dari pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI), yaitu imunisasi ulang massal bagi anak usia 9 hingga 59 bulan di seluruh wilayah Sumenep.

Data Dinas Kesehatan P2KB Sumenep menunjukkan kasus campak paling banyak menyerang anak di bawah lima tahun. Karena itu, pelaksanaan imunisasi massal dinilai sangat mendesak untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus menghentikan rantai penularan di masyarakat.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dani
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.