KabarBaik.co – Kontingen Bali memboyong Piala Bergilir Presiden RI setelah menobatkan dirinya menjadi Juara Umum pada Perisai Diri International Championship XI yang digelar di GOR Tujuh Belas Desember, Mataram pada 12-17 Juli 2025. Bali yang berkekuatan 123 pesilat meraih 36 medali emas, 20 perak, dan 11 perunggu.
Peringkat kedua diduduki kontingen Jawa Barat yang mendulang 17 emas, 21 perak, dan 12 perunggu. Sementara posisi ketiga disabet Kontingen Jawa Timur yang merebut 11 emas, 6 perak, dan 9 perunggu. Kontingen Jawa Tengah yang hanya menurunkan 16 pesilat mampu bercokol di tempat keempat dengan meraup 4 emas, 2 perak, dan 5 perunggu.
Pelatih kontingen Bali, Ni Made Arya Dwi Damayanti menjelaskan ia mempersiapkan para pesilatnya dengan serius untuk kejuaraan ini. Liburan sekolah menjadikan pemusatan latihan makin matang.
“Kami memang berharap meraih yang terbaik. Banyak jago andalan baru,” ujarnya.
Di sisi lain, pelatih Jawa Timur, Tri Wahyuni yang membawa 56 pesilat mengaku bersyukur mampu berada di peringkat ketiga. “Lawan kami memang tangguh. Kejuaraan ini selain menjadi ajang mengasah diri tetapi juga menjadi perekat persaudaraan di Perisai Diri,” tuturnya.
Hal senada juga terucap dari pelatih Jateng Widi dan Ganefi. “Kami masih selalu berada di peringkat empat. Untuk bisa datang ke Mataram perlu dana yang besar. Oleh karena itu kami hanya mempu membawa 16 atlet. Mendapatkan perolehan medali di peringkat empat itu sudah kami perkirakan,” kata Ganefi.
Kejuaraan dunia pencak silat perguruan Perisai Diri ini diikuti oleh 680 persilat yang berasal dari 22 kontingen. Nomor yang dipertandingkan adalah Versi Perisai Diri untuk kerapian teknik dan serang hindar; lalu nomor Versi Ikatan Pencak Silat Indonesia untuk nomor laga, seni tunggal, dan solo kreatif.
Khusus untuk nomor laga IPSI, Perisai Diri telah menggunakan peraturan laga IPSI yang telah direvisi pada tahun 2025 sehingga pesilat dilarang menggunakan teknik tarikan body protector untuk menjatuhkan lawan. Dengan penggunaan aturan yang direvisi tersebut, maka terlihat bentuk pertandingan silat menjadi syarat teknik silat. Bukan sekadar bergumul.
Persaingan keras terjadi antar pesilat yang berasal dari kontingen Bali, NTT, Jabar, dan Jatim. Saling jual beli pukulan dan tendangan, dilengkapi dengan teknik tangkapan yang berakhir jatuhan menjadikan pertarungan silat memperlihatkan teknik beladiri yang bervariasi.
Pertarungan menarik terjadi di kategori remaja di kelas B putra antara Revan Maulana Akbar dari Jateng melawan Muhyi Alfi Kurohman dari Jabar. Revan, pelajar kelas 10 SMAN 1 Boyolali ini sempat mendapat pengurangan nilai 10 karena melakukan pelanggaran berat akibat sering keluar arena. Ia kalah telak di babak pertama.
Di babak kedua, Revan bangkit. Ia mengubah taktik tandingnya dengan bertahan di tengah arena dan menangkap serta menjatuhkan tendangan Muhyi. Babak kedua menjadi milik Revan. Untuk menentukan kemenangan, pertandingan dilanjutkan di babak ketiga.
Di babak ketiga ini Muhyi yang bernafsu untuk membawa Revan keluar arena justru terjebak. Tendangan Revan justru sering menerpa badannya. Bahkan teknik guntingan Revan sering menumbangkan Muhyi. Revan akhirnya menang mutlak dan dinobatkan sebagai pesilat terbaik putra remaja.
“Saya harus berjuang keras untuk menang. Sebelumnya saya pernah tiga kali mengikuti kejuaraan; yakni di Semarang, Yogyakarta, dan Popda di Boyolali. Ini yang terberat. Punggung kaki saya masih sakit ini,” kata Revan sembari mengurut kaki kanannya dengan minyak herbal.
Seusai penutupan Perisai Diri International Championship XI para peserta bertamasya ke Sirkuit International Mandalika pada Kamis sore (17/7/2025) sekaligus menggelar Gala Dinner.
Peserta PDIC XI itu mulai meninggalkan Mataram pada Kamis petang dengan bus, kapal laut, maupun pesawat udara pada Jumat dan Sabtu.
PDIC pertama kali digelar di Semarang pada tahun 1990. Para pesilat yang terjun di PDIC selain pesilat Indonesia juga pesilat dari Belanda, Australia, Timor Leste, Jepang, Inggris, Jerman, Amereka Serikat, Perancis, Swiss, Swedia, dan Spanyol. (*)