KabarBaik.co- Hujan deras kerap mengguyur wilayah Surabaya Raya dalam beberapa hari terakhir. Termasuk di Kepulauan Bawean, Gresik. Kondisi itupun membuat para korban atau penyintas gempa bumi yang masih tinggal di tenda-tenda pengungsian merasa tidak nyaman. Sebab, lantai menjadi becek dan basah. Saat malam, udara dingin dan banyak nyamuk.
Sejauh ini, banyak warga yang masih belum kembali ke rumah. Selain karena rumah belum diperbaiki setelah terdampak gempa, tidak sedikit warga yang masih trauma. Terlebih, beberapa kali terjadi aktivitas gempa susulan. Karena tinggal di tempat darurat tersebut, beberapa di antara mereka mulai terserang batuk dan flu. Warga lansia pun rentan.
Merespons situasi tersebut, GusDurian Peduli mengajak para penyintas untuk mencari solusi bersama. Salah satunya dengan menginisiasi pembangunan hunian sementara (huntara) secara gotong-royong.
“Huntara ini penting untuk memberikan rasa aman dan nyaman sembari menunggu rumah mereka selesai diperbaiki. Pengalaman selama ini, pembangunan rumah-rumah yang hancur akibat gempa butuh waktu lama,” kata Koordinator Gusdurian Peduli, A’ak Abdullah Al-Kudus seperti dilansir NU Online, Sabtu (6/4).
Huntara, lanjut Aak, dirancang untuk bisa digunakan dalam waktu satu tahun ke depan. Huntara akan dibangun berukuran 4×6 meter, bahan rangka kayu, atap terpal ukuran A7, dan dinding terpal ukuran A5. Berdasarkan pengalaman di beberapa tempat kejadian bencana, tinggal bersama dalam tenda komunal dengan keluarga lain itu sangat rentan terjadi konflik. Bahkan, potensial terjadi pelecehan seksual. Karena itu, perlu segera diurai dan dibuatkan hunian sementara per keluarga.
Tahap awal, pembuatan Huntara dimulai sejak 4 April 2024 di tiga titik yang paling terdampak gempa Bawean. Pertama, di Dusun Dedawang, Desa Telukjati Dawang, Kecamatan Tambak. Kedua, di Dusun Prapat Tunggal, Desa Dekat Agung, Kecamatan Sangkapura. Ketiga, di Dusun Rabe, Desa Lebak, Kecamatan Sangkapura. Selanjutnya, pembangunan Huntara ini akan dilakukan di titik-titik lain yang membutuhkan.
Halimatus Sakdiyah, salah seorang warga Dusun Dedawang, mengaku sangat senang dengan bantuan Huntara tersebut. Perempuan 23 tahun itupun berterima kepada Gusdurian Peduli. Apalagi, saat ini dirinya sedang hamil tua. Diperkirakan akan melahirkan pada April ini.
Halimah dan keluarganya tinggal di tenda darurat sejak terjadi gempa pada 22 Maret lalu. Gempa itu membuat rumahnya terdampak. Sudah tidak layak huni. Sebatulnya, Halimah ingin anaknya nanti lahir di tempat yang layak dan nyaman.
Nah, baginya bantuan Huntara ini sudah cukup membantu. Bahkan, dirinya menyebut terbangunnya fasilitas sementara itu bagian dari doanya yang dikabulkan Allah SWT. ’’Allah mengabulkan doa saya, karena anak saya akan lahir di tempat yang layak,” ucap Halimah dengan lirih.
Kepiluan sama yang sama diungkapkan Asmu’e. Seorang nelayan rentah yang tinggal di Dusun Rabe, Desa Lebak, Sangkapura. Rumahnya hancur akibat gempa. Karena itu, dia dan keluarganya terpaksa menumpang di tenda depan rumah tetangganya. Lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal asalnya.
Sebenarnya, Asmu’e malu tinggal menumpang itu. Namun, tidak ada pilihan. Bahkan, selembar tenda pun untuk tinggal sementara tidak punya. Nah, dengan Huntara dari GusDurian Peduli, sekarang dia bisa tinggal bersama anggota keluarganya lagi, di samping reruntuhan rumahnya yang ada di pinggir pantai.
Setali tiga uang, Ahmad Rifai, warga Dusun Prapat Tunggal, Desa Dekat Agung, Sangkapura, juga bernasib serupa. Rumahnya telah luluh-lantak. Dia dan keluarganya tinggal di tenda kecil di pinggir jalan. Namin, kini Rifai sudah mulai bisa tersenyum, setelah mendapat bantuan Huntara dari GusDurian Peduli.
Dalam program pembangunan Huntara tersebut, GusDurian Peduli bekerjasama dengan PCNU Bawean, dan Karina Keuskupan Surabaya. Pada tahap awal, ketiga lembaga itu bertekad untuk bisa membangun 50 unit Huntara secara gotong-royong.
“Bersama GusDurian Peduli dan Karina, kami optimistis bisa membantu warga NU yang terdampak gempa di Bawean secara optimal,” ungkap Ketua PCNU Bawean Fauzi Ra’uf. (*)