KabarBaik.co – Kreativitas dan ketekunan Catra Hermawan membuatnya merintis usaha unik dari limbah sederhana di sekitar rumahnya. Berlokasi di Dusun/Desa Mojojejer, Mojowarno, Jombang, Catra mengelola rumah produksi kerajinan tangan bernama Padhang Jingglang yang fokus membuat diorama tiga dimensi (3D) dari bahan bekas.
Usaha ini lahir dari masa sulit pandemi COVID-19. Saat itu, pria 38 tahun yang saat itu masih bekerja sebagai karyawan khawatir terkena PHK. Di tengah kegelisahan, ia kembali menekuni hobinya.
“Saya cari kesibukan yang berkaitan dengan hobi. Lihat banyak limbah di sungai, sayang kalau terbuang. Akhirnya saya olah jadi karya seperti sekarang,” kata Catra, Minggu (30/11).
Bahan-bahan bekas seperti styrofoam kulkas atau TV, gabus, karton, hingga stik es krim disulap menjadi beragam karya. Mulai dari miniatur kapal, diorama bertema sejarah seperti Majapahit dan era medieval Eropa, kaligrafi, hingga lampion.
Proses pengerjaan dimulai dari pencarian referensi, biasanya lewat media sosial, sebelum menentukan konsep dan memilih bahan. Waktu pengerjaan pun beragam.
“Paling cepat sekitar 10 hari. Tapi kalau detail sekali, bisa satu sampai dua tahun. Pernah juga yang tiga tahun baru selesai,” ujarnya.
Untuk pesanan luar negeri, Catra harus mengikuti aturan ketat soal bahan baku. Beberapa material seperti resin kerap ditolak bea cukai negara tujuan karena dianggap mudah terbakar atau mengandung komponen kimia tertentu.

Selain itu, ketersediaan bahan juga jadi tantangan. Stereofoam bekas yang dulu mudah didapat, kini sering harus dibeli dari masyarakat.
Permintaan karya Catra cukup beragam, mulai pajangan rumah, media edukasi, hingga kebutuhan pemasaran properti dan hotel. Beberapa karyanya bahkan pernah dipakai dalam proyek film, termasuk dari luar negeri.
Untuk harga, diorama ukuran kecil dijual mulai Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu. Ukuran besar berada di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 2 juta. Adapun karya dengan tingkat detail tinggi dapat mencapai Rp 5 juta hingga Rp 10 juta.
Pendapatan Padhang Jingglang cukup fluktuatif karena bergantung pesanan.
“Kalau ramai, omzet bisa Rp 20–25 juta per bulan. Tapi kalau ada pesanan luar negeri, omzet bisa tembus Rp 80 juta,” jelas Catra.
Dari sebuah dusun di Jombang, karya Catra kini menembus pasar internasional. Lewat Padhang Jingglang, ia membuktikan bahwa limbah bisa berubah menjadi karya seni bernilai ekonomi sekaligus membuka peluang usaha bagi siapa pun yang tekun mencoba. (*)






