KabarBaik.co – Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Jatim resmi membentuk Kelompok Kerja (Pokja) lintas bidang sebagai langkah strategis memperkuat sinergi antarunit dan mendorong inovasi sosial di tubuh organisasi. Pembentukan tersebut berlangsung dalam Musyawarah Pleno DPW LDII Jawa Timur di Gedung Serba Guna (GSG) Sabilurrosyidin Surabaya, yang turut dihadiri jajaran dewan pakar dan dewan penasihat.
Ketua DPW LDII Jawa Timur Moch. Amrodji Konawi menegaskan bahwa pembentukan Pokja bukan sekadar restrukturisasi kerja, melainkan pembangunan fondasi sosial yang kokoh dan berkelanjutan.
“Pokja ini dibentuk untuk memperkuat komunikasi, sinergi, dan kolaborasi antarbidang. Dengan pondasi sosial yang kuat, LDII Jatim akan lebih tangguh dan mampu menjalankan program secara efektif,” ujar Amrodji, Selasa (21/10).
Amrodji menambahkan Pokja diharapkan menjadi jembatan antara gagasan besar LDII dengan kebutuhan masyarakat sehingga organisasi bisa berperan lebih aktif dalam bidang sosial, keagamaan, hingga pemberdayaan ekonomi umat.
Sementara itu, Dewan Penasihat LDII Jawa Timur, KH Abu Said, menilai pembentukan Pokja merupakan langkah konkret untuk memperkuat efektivitas dan koordinasi kerja lintas sektor.
“Pokja harus menjadi pelopor dalam pelaksanaan program dakwah, pendidikan, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat. Kaderisasi juga perlu diperkuat agar SDM LDII semakin solid dan berkelanjutan,” tegasnya.
Adapun Pokja yang dilantik meliputi berbagai bidang strategis seperti Pemuda LDII, Wanita LDII, LDII News Network (LINES), Lembaga Falakiyah, Forum Komunikasi Koperasi Syariah (FKKS), dan Sakoda Sekawan Persada Nusantara (SPN).
Dari kalangan muda, Wakil Ketua Pemuda LDII Jawa Timur yang baru dilantik, Asyhari Eko Prayitno, menyatakan komitmennya untuk membawa semangat kolaboratif dan inovatif dalam setiap program.
“Kami siap berinovasi dan bersinergi agar program LDII benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat dan Jawa Timur,” ujarnya.
Dengan terbentuknya Pokja lintas bidang ini, LDII Jawa Timur menegaskan komitmennya untuk menjadi organisasi yang adaptif, terbuka terhadap kolaborasi, dan relevan terhadap dinamika sosial. Langkah ini juga menjadi bagian dari modernisasi tata kelola organisasi berbasis kolaborasi dan inovasi sosial. (*)