Lidi Tertancap di Dinding: Penolak Ilmu atau Penunjuk Jalan Pulang?

oleh -70 Dilihat
dinding

KabarBaik.co- Di banyak rumah tua di pedalaman Wonosobo, ada satu kebiasaan yang masih bertahan diam-diam: menancapkan sebatang lidi ke dinding dekat pintu dapur atau jendela belakang. Lidi itu tampak biasa diambil dari sapu yang sudah usang namun warga percaya, itu bukan sekadar kebiasaan nenek moyang. Itu adalah pagar. Bukan untuk maling, tapi untuk yang datang tanpa tubuh.

Bukan Lidi Sembarangan

Menurut warga, lidi yang digunakan harus ganjil jumlah seratnya dan diambil diam-diam saat subuh dari sapu lidi bekas menyapu jenazah. Dulu, hanya para dukun desa atau tetua adat yang tahu aturan ini, tapi lambat laun, ilmu itu menurun diam-diam ke keluarga tertentu. Bila ada orang yang habis dari pemakaman, terutama jika almarhum meninggal tidak wajar, mereka harus menancapkan lidi ini sebelum matahari tenggelam, supaya “yang pulang tidak membawa yang lain.”

Jangan Dicabut Sembarangan

Warga memperingatkan agar lidi itu tidak dicabut, apalagi oleh orang luar. Dalam satu kasus, seorang mahasiswa perantau yang kos di rumah tua itu mencabut lidi karena dianggap mengganggu pemandangan. Malamnya, ia dikabarkan lari telanjang ke jalan, menggigil sambil berteriak aku dikurung di jendela! Sejak itu, lidi di rumah-rumah tua desa itu selalu diberi benang hitam tanda bahwa ia sudah diisi.

Penunjuk Jalan Arwah Tersesat

Setiap malam Jumat Kliwon di bulan Suro, beberapa rumah justru menambah lidi baru bukan untuk menolak, tapi untuk  membuka jalan. Mereka menancapkannya miring, ujungnya menghadap ke barat laut arah yang dipercaya sebagai jalur pulang roh penasaran. Bila lidi itu jatuh sendiri ke lantai, warga percaya arwah itu sudah menemukan jalannya. Tapi bila patah dua, artinya yang datang tidak ingin pergi.

Kini Jadi Bagian Rumah, Tapi Bukan Bagian dari Kita

Lidi-lidi itu kini jarang ditanya, bahkan oleh anak cucu sendiri. Tapi tak satu pun dari mereka berani melepas atau menggantinya. Karena menurut kepercayaan setempat, selama lidi itu masih berdiri di tempatnya, rumah itu aman dari gangguan yang bukan dari dunia ini. Tapi jika suatu malam terdengar suara seperti lidi patah, lalu aroma menyan menguar dari dapur padahal tak ada yang membakar itu artinya, yang di balik dinding sudah tak mau hanya menonton.

Di rumah-rumah yang tampak biasa, kadang ada benda sebatang diam, kecil, dan nyaris tak berarti tapi bisa jadi itulah satu-satunya alasan kenapa rumah itu tetap tenang dan belum ikut ditinggalkan.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Muhammad Rizqi Hidayah
Editor: Lilis Dewi


No More Posts Available.

No more pages to load.