KabarBaik.co — Warga Surabaya masih merasakan suhu udara yang lebih dingin pada malam hingga dini hari seiring masuknya puncak musim kemarau. Fenomena ini dikenal sebagai musim bediding, yang umum terjadi di wilayah Pulau Jawa saat angin muson timur mulai mendominasi.
Berdasarkan data cuaca terbaru, suhu udara di Surabaya pada Rabu (16/7) dini hari tercatat turun hingga 26 derajat Celsius, dengan kelembapan udara menyentuh angka lebih dari 90 persen. Penurunan ini dipengaruhi oleh tiupan angin kering dari arah Benua Australia yang membawa massa udara dingin menuju kawasan selatan Indonesia.
Cuaca pagi hari diwarnai dengan hujan ringan dan langit berawan. Antara pukul 05.00 hingga 08.00 WIB, hujan lokal diperkirakan turun dengan suhu udara berada di kisaran 26 hingga 28 derajat Celsius. Meski intensitas hujan rendah, kondisi udara lembap masih terasa.
Memasuki siang, cuaca terpantau lebih stabil, meski langit tetap tertutup awan. Suhu udara perlahan naik dan mencapai puncaknya pada pukul 14.00 hingga 15.00 WIB dengan suhu maksimum 33 derajat Celsius. Kelembapan menurun menjadi 55–60 persen, sementara angin bertiup dari tenggara dengan kecepatan rata-rata 10–13 kilometer per jam.
Menjelang malam, suhu udara kembali menurun. Sekitar pukul 20.00 WIB, suhu terpantau berada di angka 27 derajat Celsius dan diperkirakan terus turun hingga dini hari. Hujan ringan dengan intensitas sangat rendah, sekitar 0,1 milimeter, berpotensi turun menjelang tengah malam.
Fenomena musim bediding ini diprediksi akan terus berlangsung dalam beberapa pekan ke depan. Warga diimbau untuk menjaga kesehatan, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia. Penggunaan pakaian hangat saat malam dan memperbanyak konsumsi cairan menjadi langkah penting untuk menjaga daya tahan tubuh di tengah perubahan suhu ekstrem. (*)