KabarBaik.co – Masjid Al Badar di Kertomenanggal, Surabaya, melangkah lebih jauh dari sekadar rumah ibadah. Masjid yang dikelola Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dukuh Menanggal ini mulai bertransformasi menjadi ruang edukasi keselamatan, kesehatan, dan lingkungan (K3L).
Inisiatif ini menjadi tindak lanjut dari identifikasi budaya risiko yang dilakukan awal tahun lalu. Konsep K3L mulai diterapkan secara bertahap—dari pengelolaan air wudhu hingga pelatihan pemadaman api—sebagai bentuk kepedulian masjid terhadap jamaah dan masyarakat sekitar.
Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PW Muhammadiyah Jatim, Muhammad Mirdasy, menegaskan pentingnya peran masjid sebagai pusat literasi K3L. “Bicara keselamatan dan kesehatan saat beribadah memiliki tahapan yang cukup kompleks, karena banyak hal yang harus dijalankan,” kata Mirdasy usai focus group discussion (FGD) di Masjid Al Badar, Minggu (7/9).
Langkah tersebut tidak dilakukan sendirian. LHKP bekerja sama dengan Lazismu mengadakan pelatihan pemadaman api skala rumah tangga, agar jamaah terbiasa dengan mitigasi risiko, sekecil apa pun peluang kebakaran.
Edi Priyanto, Wakil Ketua Dewan K3 Jawa Timur, menyebut masjid sering dianggap bangunan paling aman saat bencana. Namun menurutnya, penerapan K3L tidak harus mewah. “Disesuaikan dengan kebutuhan, tapi memberi dampak besar,” ujarnya.
Salah satu contohnya adalah penghematan air wudhu melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL) mini. Air wudhu yang tampak deras sebenarnya hemat, lalu ditampung kembali untuk menyiram tanaman.
Edi juga menekankan pentingnya pengelolaan sampah plastik. “Kalau diwariskan dengan benar, bisa jadi amal jariyah. Tapi jika salah, justru bisa jadi dosa jariyah untuk generasi berikutnya,” tegasnya.
Takmir Masjid Al Badar sebenarnya sudah mencoba langkah kecil sebelumnya. Wakil Ketua Takmir, Sumarmono, bercerita bahwa air wudhu pernah digunakan untuk memelihara ikan lele. Namun cara itu menimbulkan masalah baru, seperti bau tidak sedap akibat got mampet. Kini, pengelolaan air dialihkan ke tempat cuci motor yang dikelola karang taruna.
Warga juga pernah membuat sabun eco enzyme dari limbah kulit buah, berkolaborasi dengan Lazismu. Program itu berjalan meski masih terbatas. “Ke depan, kami sepakat perlu ada pelatihan penanganan bencana sekaligus penetapan titik kumpul evakuasi, karena sampai sekarang belum ada,” ujarnya.
Jamaah pun mendukung langkah ini. “Masjid sebaiknya juga konsisten memberi edukasi keselamatan, seperti kru pesawat yang selalu memberikan instruksi sebelum terbang,” kata Djarot Ilusya, jamaah sekaligus pengurus takmir.
Dengan langkah-langkah sederhana, Masjid Al Badar dipandang sebagai pionir penerapan K3L di tempat ibadah. Mulai dari latihan pemadaman api, efisiensi energi, pengelolaan air, hingga kesadaran lingkungan.
Upaya ini mendapat dukungan Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia. “Program ini bukan komersial, tapi program akhirat,” kata Edi Priyanto. “Masjid Al Badar bisa jadi prototipe yang ditiru masjid lain.”
Sebagai wujud awal, Masjid Al Badar telah menerima bantuan alat pemadam api ringan (APAR) dan keset antislip untuk kamar mandi pada 21 Agustus 2025. Sementara identifikasi budaya risiko tuntas dilakukan pada 28 Maret 2025. Jika berhasil, inisiatif ini bukan hanya menjaga jamaah tetap aman, tetapi juga meninggalkan warisan lingkungan yang lebih baik. Sebuah amal jariyah yang manfaatnya terus mengalir. (*)