KabarBaik.co- Di era digital ini, media sosial telah menjadi wadah bagi banyak orang untuk berbagi momen, pemikiran, dan kreasi mereka. Tetapi kebanyakan orang mengira bahwa saat seseorang sering mem-posting sesuatu di media sosial, mereka tengah memamerkan banyak hal dan tak menghargai privasi. Padahal tak melulu begitu.
Mereka yang terus mem-posting sesuatu meski tanpa reaksi orang lain, berarti mereka melalukan hal itu untuk membahagiakan dirinya sendiri.
Namun, pernahkah kalian bertanya-tanya tentang orang-orang yang gemar memposting di media sosial, meskipun jarang mendapatkan respons atau interaksi dari pengikutnya?
Menurut psikolog, terdapat beberapa jenis kepribadian yang mendasari kebiasaan ini:
1. Pencari Perhatian (Attention Seeker)
Individu dengan tipe kepribadian ini memiliki kebutuhan tinggi untuk mendapatkan validasi dan pengakuan dari orang lain. Mereka mungkin merasa tidak aman atau kurang percaya diri, dan memposting di media sosial menjadi cara mereka untuk meningkatkan harga diri.
Seseorang yang mengidap perilaku pencari perhatian atau “attention seeker” dapat menunjukkan berbagai gejala yang mencerminkan keinginan mendalam untuk diperhatikan, diakui, atau mendapatkan validasi dari orang lain.
Peneliti Kaur (2021) menjelaskan bahwa tingkat harga diri yang rendah (low-esteem) seringkali dapat terlihat seperti seseorang yang merasa sedih, putus asa dan berjuang dengan depresi. Namun, terkadang rendahnya harga diri atau memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri dapat menyebabkan perilaku agresif, anti-sosial, mencari perhatian secara ekstrim.
2. Ekstrovert yang Suka Berbagi
Ekstrovert adalah sebutan untuk seseorang yang cenderung mendapatkan energi dan kepuasan dari interaksi sosial dan lingkungan sekitarnya.
Mereka merasa energik dan nyaman dalam keramaian, sehingga mudah bagi mereka untuk berbagi pengalaman, pikiran dan ide mereka maupun pendapat secara cuma-cuma tanpa terlalu memikirkan respons yang akan mereka terima kedepannya.
Kegemaran mereka akan bersosialisasi menjadikan mereka mudah bergaul dengan siapa saja dan sangat aktif dalam kegiatan sosial. Singkatnya, mereka sangat pandai bergaul. Sehingga mereka menjadikan sosial media sebagai platform untuk terhubung dengan orang lain dan mengekspresikan diri mereka.
3. Konten Kreator yang Gigih
Banyak kreator konten di media sosial yang terus memposting karyanya meskipun tidak selalu mendapatkan banyak pengikut atau interaksi karena mereka hanya ingin menyenangkan nhati mereka sendiri. Mereka termotivasi oleh passion dan dedikasi terhadap craft mereka, dan fokus pada proses kreatif daripada mencari validasi eksternal.
4. Individu yang Menyukai Dokumentasi Diri
Bagi sebagian orang, media sosial menjadi jurnal pribadi digital atau orang yang suka foto mungkin saja menjadikan jepretan tempat ataupun diri mereka sebagai dokumentasi pribadi mereka. Walaupun sebagian akhirnya terpampang di dunia maya, namun bisa saja mereka ingin mempunyai dokumentasi dari setiap perjalanan di hidup mereka, sehingga mendokumentasikan kehidupan mereka untuk memori pribadi, refleksi diri, atau bahkan sebagai bentuk terapi.
Apalagi momen penting seperti pernikahan, ulang tahun atau acara kumpul keluarga besar adalah momen yang jarang terjadi. Sehingga saat momen ini tiba, tak aneh jika orang menjadi hobi sekali dalam mengambil foto. Kapan lagi momen itu akan terulang kembali? Tidak akan, bukan?
5. Strategi Pemasaran
Bagi pebisnis atau influencer, memposting di media sosial merupakan strategi untuk menjangkau audiens dan membangun personal branding. Mereka fokus pada konten yang menarik dan informatif untuk menarik pengikut dan mencapai tujuan bisnis sehingga setiap kegiatan mereka akan di posting di sosial media.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu jawaban yang cocok untuk semua dalam memahami kepribadian di balik kebiasaan memposting di media sosial tanpa respons. Setiap individu memiliki motivasi dan tujuan yang berbeda dalam menggunakan platform ini.
Sebagai pengguna media sosial, kita perlu bijak dalam menanggapi konten yang kita lihat tanpa harus berkomentar yang negatif kepada postingan orang lain. Hindari komentar bullying, dan fokuslah pada interaksi yang positif dan membangun.
Mari kita ciptakan komunitas media sosial yang inklusif dan suportif, di mana setiap orang merasa bebas untuk berekspresi dan terhubung dengan orang lain tanpa rasa takut akan penilaian atau kritik.