Mengurai Misteri di Balik Kematian Arya Daru

oleh -569 Dilihat
ARYA MUDA
Diplomat Kemenlu RI Arya Daru semasa hidup (kiri) dan istri. (Foto IST/IG)

KEMATIAN diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Arya Daru Pangayunan, bukan sekadar duka bagi keluarga dan rekan kerjanya. Namun, juga meninggalkan pertanyaan besar yang masih terus bergema di ruang publik. Bahkan, belakangan makin nyaring.

Polda Metro Jaya telah menyampaikan hasil penyelidikannya. Dari bukti digital forensik dan keterangan sejumlah saksi, tidak ditemukan indikasi keterlibatan pihak lain. Kesimpulan sejauh ini pun mengarah bahwa Arya yang alumnus UGM itu bunuh diri.

Namun, publik tampaknya belum bisa menerima penjelasan tersebut. Keraguan bermunculan, diperkuat oleh fakta-fakta yang dinilai janggal.

Pertama, metode kematian yang di luar kelaziman. Arya ditemukan tewas dengan wajah terbalut lakban di kamar kosnya, tubuhnya berselimut rapi. Logika publik sederhana. Seseorang yang tengah mengalami sesak napas biasanya tidak akan tenang, melainkan berusaha melepaskan diri. Sulit membayangkan seseorang mampu menutupi jalan napasnya sendiri, lalu tetap dalam posisi berselimut. Keganjilan ini menjadi sumber pertanyaan yang wajar.

Kedua, kehadiran dua sosok misterius di detik-detik terakhir. Rekaman CCTV di Mall Grand Indonesia memperlihatkan Arya ditemani dua rekannya, yang disebut sebagai Varah atau Farah dan Dion, sebelum Arya ditemukan meninggal itu. Keduanya, disebut sebagai rekan kerja di Kemenlu RI. Dalam konferensi pers, Kepolisian enggan mengungkap lebih jauh dengan alasan privasi.

Diam di ruang publik yang sarat trauma dan skeptisisme justru berpotensi menyuburkan spekulasi, termasuk dugaan motif asmara dan skenario kriminal.

Ketiga, misteri hilangnya telepon genggam pribadi Arya Daru. Perangkat yang seharusnya bisa menjadi kunci untuk mengungkap komunikasi terakhir dan kemungkinan motif, justru belum ditemukan. Polisi menyebut ponsel dalam kondisi mati sehingga sulit dilacak. Namun, di era forensik digital yang canggih, publik berharap upaya pelacakan dilakukan secara lebih serius dan transparan.

Keganjilan demi keganjilan inilah yang menumbuhkan ketidakpercayaan publik. Apalagi, memori kolektif bangsa ini masih hangat dengan beberpa kasus besar sebelumnya. Sebut saja, tragedi Ferdy Sambo, di mana keterangan resmi aparat sempat dipertanyakan hingga akhirnya fakta yang sebenarnya terungkap.

Dalam konteks ini, transparansi dan komunikasi publik yang terbuka adalah kunci. Penyelidikan yang tertutup hanya akan memperpanjang spekulasi. Kematian seorang aparatur negara muda dengan rekam jejak baik bukanlah peristiwa personal semata. Namun, juga menyangkut martabat sebuah negara, integritas penegakan hukum, dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi yang seharusnya menjamin rasa aman.

Karena itu, setiap fakta mesti dibuka seterang-terangnya. Publik berhak mengetahui kronologi yang utuh, temuan digital forensik, dan penjelasan logis atas seluruh keganjilan yang ada. Hanya dengan cara itulah misteri ini dapat disingkap, dan kepercayaan publik dapat dipulihkan.

Kebenaran adalah hak keluarga, hak publik, dan hak bagi bangsa ini untuk berdiri di atas hukum yang tegak. Terlebih, di masa sekarang ini, di mana Presiden Prabowo Subianto, meneguhkan komitmennya melakukan reformasi di bidang politik, hukum, dan birokrasi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Salah satu di antara Asta Cita. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini



No More Posts Available.

No more pages to load.