KabarBaik.co – Kabupaten Sidoarjo menyimpan banyak memori sejarah masa lalu. Salah satunya keberadaan Pabrik Gula yang banyak tersebar di wilayah Sidoarjo.
Pabrik Gula atau PG sendiri di masa lalu identik dengan sebuah tempat yang akan menjadi pusat perekonomian. Hingga saat itu ada istilah yang masyhur hingga kini, yakni Ada Gula Ada Semut dan Ada Selimut. Hal ini kemudian sedikit banyak diartikan sebagai pusat perekonomian lokasi di sekitar PG juga menjadi tempat prostitusi.
Sejarah ini kemudian terus coba dipelajari dan disebarkan oleh sebuah komunitas Tilik Mburi. Mereka secara konsisten mendatangi serta belajar tentang sejarah pendirian, pengoperasian hingga kehidupan masa lalu sebuah bangunan PG.
Seperti yang dilakukan baru-baru ini. Komunitas ini mengunjungi 2 Pabrik Gula di Sidoarjo yakni PG Watoe Toelis dan PG Toelangan.
“Di Sidoarjo kami berkunjung ke Pabrik Gula Tulangan dan Watu Tulis, Kecamatan Prambon, untuk Pasuruan di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia,” jelas Founder Komunitas Tilik Mburi, Radhitya Probo saat ditemui, Senin (24/6).
Dalam kunjungan kelimanya ini, ternyata penyuka sejarah bertambah banyak. Hal ini terlihat dari asal daerah yang ikut, mulai dari Surabaya, Banyuwangi hingga paling jauh dari Yogyakarta.
Menurut Dito, sapaan akrabnya mengetahui sejarah tentang sebuah bangunan yang menyimpan banyak sejarah merupakan sesuatu yang penting. Lantaran Pabrik Gula merupakan salah satu perkembangan awal industri di Jawa Timur.
“Di Sidoarjo sendiri mempunyai 15 pabrik gula lebih, hampir semua kecamatan Sidoarjo mempunyai pabrik gula,” ujarnya.
“Dari situlah awal mula kami ingin mengenalkan sejarah ke masyarakat, karena dalam bahasa pecinta sejarah itu ada gula, ada semut dan selimut, itu menjadi rangkaian cerita menarik yang tumbuh di masyarakat,” imbuhnya.
Salah satu peserta, Sri Rahayu mengaku sangat senang mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan ia mengajak dua orang anaknya untuk belajar bareng.
“Tujuan saya ikut kegiatan ini, karena memang ingin memberikan edukasi kepada anak saya, bagaimana proses pembuatan gula hingga sampai ke konsumen,” ujarnya.
Peserta lainnya, Hafidzoh Maulidya mengaku ingin menelusuri sejarah pabrik gula. Apalagi pabrik gula di Sidoarjo memiliki nilai historis yang sangat panjang.
“Dari sejarah saya bisa belajar lebih bijak, saya akan bisa belajar banyak hal, dari nilai tersebut itu yang membuat aku tertarik,” pungkasnya. (*)