KabarBaio.co- Hanya ada di Indonesia. Tidak hanya semarak dengan beragam lomba unik dan menarik. Momentum HUT Kemerdekaan RI, juga menjadi waktu berhias. Bendera merah-putih, umbul-umbul, hingga gapura. Berpadu indah. Mulai kota-kota hingga pelosok. Gang-gang kampung. Bukti cinta dan harmoni.
Di RT 04 RW 12 Perumahan Pondok Permata Suci (PPS), Kecamatan Manyar, Gresik, misalnya. Kawasan ini juga tampak berhias. Salah satu di antaranya mempercantik gapura. ‘’Nikmat merdeka bukan hanya milik mereka. Tapi, merdeka kita semua. Karena itu, mesti terus kita syukuri dengan kebersamaan,’’ kata Sholahuddin, ketua RT 04, kepada KabarBaik.co.
Gapura di kampung ini bernuansa simbolik. Wujudnya menyerupai gapura buku (book archway). Seolah ingin mengajak setiap orang yang melihatnya untuk tidak melupakan buku. Membacanya. Sebab, buku merupakan jendela dunia, gudang ilmu dan pengetahuan.
Kini, gapura itu tampak lebih artistik. Kala malam, berhias warna-warni penerang. Mencoba mempadupadankan keindahan antara sorot digital dan kearifan lokal dengan kehadiran Damar Kurung.
Damar Kurung adalah sejenis lampion, pelita atau lentera khas Gresik, Jawa Timur. Salah satu yang menarik, motif lukisan gambar unik yang menghias sekeliling Damar Kurung tersebut.
‘’Karena ini momen peringatan Kemerdekaan, maka tema lukisan di Damar Kurungnya Agustusan seperti lomba menek jambe (panjat pinang, Red) dan sejenisnya,’’ ujar Sholahuddin.
Bukan tanpa alasan di gapura itu dipasang Damar Kurung. Sholahuddin menyebut, selain Damar Kurung merupakan salah satu ikon kearifan lokal dan menjadi warisan budaya yang sudah ditetapkan Kemendikbudristek RI pada 2017, juga ada pesan-pesan simbolik dari gantungan sejumlah Damar Kurung di gapura bersangkutan.
‘’Kata si Mbah-mbah kita dulu bahwa urip iku urup. Hidup mesti menjadi penerang, hidup mesti memberi manfaat, hidup itu saling asah asih dan asuh, bertukar. Nah, salah satu pesan dari nyala terang Damar Kurung adalah itu,’’ ungkapnya.
Sholahuddin menambahkan, mungkin ada banyak yang lebih bagus dari gapura buku (book archway) di kampungnya tersebut. Tapi, tentu yang terpenting bukan baik dan tidaknya. Semangat keterpanggilan untuk beramai-ramai menyemarakkan nikmat Kemedekaan RI dan mensyukurinya itulah kuncinya.
RT 04 RW 12 tersebut hanya satu dari sekian ribu bahkan jutaan RT dan desa di Indonesia yang juga melakukan hal serupa. Menggelar beragam kegiatan dan lomba menarik hingga aktivitas berhias. Berswadaya, gotong-royong, penuh keguyuban, yang sejatinya menjadi karakter nenek-moyang, meski terkadang kondisi ekonomi kini sedang tidak baik-baik saja.
Namun, geliat di setiap momen merayakan Kemerdekaan RI ini salah satu bagian upaya melukis kebahagiaan dan kesyukuran di lembar kanvas kehidupan. (*)