Navigasi Menuju Pariwisata yang Lestari, Berdaya, dan Menguntungkan

oleh -113 Dilihat
IMG 20251030 WA0029
Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2026 yang digelar Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di Artotel Harmoni Gajah Mada Jakarta.

KabarBaik.co – Pariwisata Indonesia terus bergerak menuju era baru yang menuntut keseimbangan antara keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi. Semangat itu
tercermin dalam Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2026 yang digelar Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) Rabu (29/10) di Artotel Harmoni Gajah Mada Jakarta.

Mengusung tema Navigasi Menuju Pariwisata yang Lestari, Berdaya, dan
Menguntungkan, ITO menjadi forum tahunan yang mempertemukan pemerintah, pelaku industri, investor, dan media untuk membahas arah baru pariwisata Indonesia di tengah perubahan global.

Sejak pertama kali digelar pada 2018, ITO hadir sebagai ruang refleksi dan kolaborasi lintas sektor. Forum ini membahas bagaimana industri pariwisata dapat tumbuh secara berkelanjutan dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Menyatukan Keberlanjutan dan Profitabilitas dalam menghadapi dinamika global, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk tetap kompetitif sambil menegakkan prinsip keberlanjutan. Deputi Bidang Industri dan Investasi Pariwisata Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, menegaskan bahwa arah pengembangan pariwisata ke depan membutuhkan dukungan investasi yang cerdas, tidak
hanya membangun infrastruktur tetapi juga memperkuat kualitas manusia dan lingkungan.

Keberhasilan investasi akan bergantung pada kemampuan daerah dan pelaku industri dalam mengintegrasikan pendekatan ekonomi, sosial, dan lingkungan agar menciptakan efek ganda bagi masyarakat lokal.

Prinsip keberlanjutan tidak hanya diimplementasikan di level kebijakan, tapi juga diwujudkan dalam praktik bisnis sehari-hari. Di Artotel Group misalnya, pendekatan keberlanjutan diterjemahkan ke dalam strategi dan operasional perusahaan.

Bisnis yang Bertanggung Jawab

Eduard Rudolf Pangkerego, Chief Operating Officer Artotel Group, menegaskan pentingnya transformasi menuju praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab.

“Sekarang di bursa efek, kami harus keluarkan ESG Report yang benar. Kami menyentuh green investment dan aktivitas yang lebih hijau, tidak hanya di green tapi juga blue economy. Untuk itu, kami meluncurkan program The Art of Goodness. Selain mengejar profit, kami juga bertanggung jawab terhadap people dan planet,” kata Eduard.

Menurutnya, keberlanjutan tidak bisa hanya menjadi slogan. Setiap pelaku industri perlu memastikan operasional bisnisnya memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan. Eduard menekankan bahwa keseimbangan antara profit dan tanggung jawab sosial merupakan bentuk nyata pariwisata berdaya dan menguntungkan.

Daya Saing dan Positioning Destinasi
Praktik keberlanjutan di level bisnis juga berperan penting dalam memperkuat daya saing destinasi.

Sejalan dengan itu, Yudhistira Setiawan, SVP Corporate Secretary Injourney,
menyampaikan bahwa kekuatan Indonesia bukan hanya pada jumlah destinasi tetapi pada keunikan pengalaman yang ditawarkan.

“Indonesia memiliki aset pariwisata terbesar di Asia Tenggara, tetapi angka kunjungan kita masih tertinggal dibandingkan Thailand dan Malaysia. Untuk itu, setiap destinasi perlu
memiliki positioning yang jelas dan berdaya saing,” ujarnya.

Yudhistira menjelaskan bahwa Injourney kini berfokus pada pengembangan lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yaitu Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang. Lima pilar pengembangan yang menjadi acuan mencakup atraksi dan program, konektivitas, infrastruktur dan amenitas, pariwisata berkelanjutan, serta people and hospitality. Pendekatan ini diharapkan menciptakan ekosistem pariwisata yang inklusif, produktif, dan ramah lingkungan.

Tren dan Tantangan di Asia Pasifik

Gambaran tren wisata di Asia Pasifik memperlihatkan arah baru yang mendukung tema keberlanjutan. Berdasarkan hasil survei JLL Indonesia terhadap 1.000 responden Gen Z dan
milenial, wisata berbasis alam, budaya autentik, wellness, dan kuliner menjadi pilihan utama.

“Generasi muda mencari pengalaman yang bermakna, bukan sekadar destinasi populer. Mereka ingin dekat dengan alam, sejarah, dan komunitas lokal,” jelas Vivin Harsanto, Executive Director dan Head of Strategic Consulting JLL Indonesia.

Namun, ia menambahkan bahwa daya tarik destinasi saja tidak cukup. Tantangan masih datang dari sisi konektivitas, infrastruktur, hingga akses digital dan sistem pembayaran di daerah terpencil. “Calon wisatawan kini lebih sensitif pada value for money. Kita harus memastikan Indonesia kompetitif, tidak hanya indah, tetapi juga mudah diakses dan layak dikunjungi,” ujarnya.

Selain konektivitas, kualitas akomodasi dan hiburan juga perlu ditingkatkan agar pengalaman wisatawan menjadi lebih utuh dan berkesan.

Kolaborasi Sebagai Kunci

Melalui ITO 2026, Forwaparekraf menegaskan bahwa keberlanjutan bukan sekadar wacana, melainkan arah baru bagi industri pariwisata Indonesia. Pertumbuhan ekonomi tetap menjadi
tujuan, tetapi harus berjalan seiring dengan tanggung jawab sosial dan kelestarian lingkungan.

Acara ini terselenggara atas dukungan Kementerian Pariwisata, Artotel Group, Artotel Harmoni Jakarta, Indofood, Kokola, Tekko, dan InJourney Hospitality. Sinergi lintas sektor inilah yang diharapkan dapat menjadi fondasi bagi ekosistem pariwisata Indonesia yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan ke depan.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: R. Hari
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.