KabarBaik.co – Sejumlah nelayan yang menggantungkan hidupnya dari hasil tangkapan ikan di Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, mengeluhkan sepinya ikan pasca perubahan warna air sungai yang diduga tercemar. Selain sulit mendapatkan ikan, warga juga menyebut air sungai berubah warna menjadi merah kehitaman dan menimbulkan bau tidak sedap.
Rizki, salah seorang nelayan asal Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, mengaku kesulitan mencari ikan di sekitar Bendung Gerak Bojonegoro sejak kemarin (23/9). Biasanya warga bisa memperoleh puluhan kilogram berbagai jenis ikan dalam sehari, namun kali ini hasil tangkapan jauh berkurang.
“Sejak kemarin sampai sekarang ikan sulit didapat. Ini saja baru dapat sedikit,” keluh Rizki saat ditemui di lokasi, Rabu (24/9).
Menurutnya, bau tak sedap baru muncul di hari kedua pasca perubahan warna air sungai. Kondisi ini membuat ikan semakin jarang ditemukan. “Kejadian seperti ini bukan pertama kali, hampir setiap musim kemarau selalu begini. Sepertinya limbah berasal dari hulu dan akan hilang ketika musim hujan tiba,” jelas Rizki.
Rizki berharap pemerintah segera turun tangan, karena warga bantaran Bengawan Solo tidak hanya bergantung pada hasil tangkapan ikan, tetapi juga memanfaatkan air sungai untuk irigasi sawah. “Kalau limbah masuk ke sawah, hasil panen bisa terdampak,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bojonegoro, Beny Subagtia, menyampaikan pihaknya telah mengambil sampel air Bengawan Solo yang diduga tercemar limbah untuk diuji laboratorium di Surabaya. “Biasanya hasil laboratorium keluar sekitar 10 hingga 15 hari. Dari sana baru bisa diketahui penyebab pasti perubahan fisik air Bengawan Solo,” tandasnya. (*)






