KabarBaik.co – Kisah pilu datang dari Desa Tapelan, Kapas, Bojonegoro. Nazril Izzan Khoirulloh, balita berusia 2 tahun 5 bulan, harus hidup bergantung pada selang kateter sejak usianya tiga bulan akibat penyakit langka Atresia Ani yakni kelainan bawaan yang membuat bayi lahir tanpa anus.
Sejak lahir, Nazril telah menjalani dua operasi besar. Operasi pertama dilakukan di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro saat ia baru berusia dua hari, dan operasi kedua di Kediri saat berusia tiga bulan.
Namun, pascaoperasi, kondisi Nazril justru semakin rumit karena saluran kemihnya tidak berfungsi normal. Urine hanya bisa keluar melalui kateter, dan jika selang terlepas, ia akan kesakitan hebat.
“Pascaoperasi pembuatan anus, pipisnya gak keluar. Bisa keluar harus pakai selang kateter. Kalau lepas, anaknya nangis kesakitan,” ungkap sang ibu, Juli Astutik, Selasa (12/8).
Selama dua tahun terakhir, Nazril sudah enam kali dioperasi akibat kateter yang terlepas. Setiap kali kontrol ke RSUD dr. Soetomo Surabaya, keluarga harus menempuh perjalanan jauh menggunakan bus atau kereta karena tidak pernah mendapat fasilitas ambulans atau mobil siaga dari desa.
“Tidak pernah (pakai ambulans atau mobil siaga) karena biayanya mahal. Pertamax, tol, dan sopir semua bayar sendiri,” ujar Juli, Selasa (12/8).
Kondisi ini kian memprihatinkan mengingat sang ayah, Moch Siswanto, bekerja sebagai buruh bangunan dan ibunya berjualan cireng dari depan rumah. Meski kesulitan ekonomi dan jarak yang jauh, mereka tetap berjuang agar Nazril mendapat perawatan.
“Bantuan dari pemerintah yang keluarga dapat hanya bantuan PKH saja selama ini,” tambah Juli.
Yang menjadi sorotan, hingga kini belum ada bantuan berarti dari Pemkab Bojonegoro. Padahal, kasus ini sudah ramai diberitakan dan memicu simpati publik. Saat dimintai tanggapan, Bupati Bojonegoro Setyo Wahono hanya memberikan jawaban singkat, “Sudah tak teruskan ke bu dinkes dan direktur RSUD”. (*)






