KabarBaik.co – Pemangkasan dana transfer dari pemerintah pusat memicu guncangan fiskal di sejumlah daerah. Terutama di daerah penghasil migas seperti Kabupaten Bojonegoro. Penurunan pendapatan daerah yang cukup signifikan membuat berbagai proyek pembangunan yang telah direncanakan terhambat.
Direktur Bojonegoro Institute (BI), Aw Saiful Huda, menyatakan bahwa pendapatan daerah Bojonegoro selama ini sangat bergantung pada pendapatan transfer, terutama Dana Bagi Hasil (DBH) migas. “Pendapatan daerah Bojonegoro selama ini sangat bergantung pada pendapatan transfer, terutama DBH migas,” ujar Awe, Rabu (18/11).
Awe menilai pemangkasan dana transfer memperlihatkan betapa rentannya kondisi fiskal daerah. “Selama ini Bojonegoro sangat dimanjakan dengan pendapatan migas yang besar, yang mungkin tidak pernah dibayangkan akan tiba-tiba turun drastis,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa goncangan fiskal seperti saat ini sudah lama diprediksi banyak pihak. Pada 2014–2015, Bojonegoro bahkan pernah mengalami gagal bayar sejumlah proyek karena penerimaan DBH migas jauh dari target. Menurutnya, ketergantungan berlebihan pada pendapatan migas akan membuat keuangan daerah kembali mengalami penurunan drastis seiring menyusutnya cadangan dan produksi migas.
Awe menegaskan bahwa pembentukan Dana Abadi menjadi solusi untuk menjaga kemandirian fiskal dan keberlanjutan pengelolaan pendapatan migas. “Dana Abadi menjadi buffer, yakni semacam dana yang disiapkan untuk digunakan saat terjadi krisis finansial, seperti saat pendapatan migas daerah turun,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah daerah lebih intens membangun komunikasi dengan pemerintah pusat agar izin pembentukan Dana Abadi segera terbit. Raperda Dana Abadi, yang sudah diinisiasi sejak 2012, dinilainya penting untuk segera ditetapkan. Menurutnya, Perda yang ada saat ini masih bersifat umum sehingga perlu aturan teknis tambahan, mulai dari kelembagaan pengelola, mekanisme transparansi dan akuntabilitas, hingga penambahan pokok Dana Abadi.
Awe juga menekankan pentingnya memasukkan aspek ekologi dalam pemanfaatan Dana Abadi, terutama untuk bidang pendidikan. Ia mencontohkan afirmasi beasiswa untuk jurusan lingkungan, pertanian, serta penelitian energi baru dan terbarukan. (*)






